kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.194   53,44   0,75%
  • KOMPAS100 1.105   10,45   0,95%
  • LQ45 877   11,00   1,27%
  • ISSI 221   0,83   0,38%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 540   5,09   0,95%
  • IDX80 127   1,35   1,07%
  • IDXV30 134   0,22   0,17%
  • IDXQ30 149   1,57   1,07%

Mengoptimalkan Penerimaan Pajak dari Sektor Informal di Era Digital


Selasa, 07 Mei 2024 / 18:37 WIB
Mengoptimalkan Penerimaan Pajak dari Sektor Informal di Era Digital
ILUSTRASI. Teknisi kipas angin, blender dan kompor gas menunggu konsumennya di Bekasi, Jawa Barat, Senin (6/5/2024). Mengoptimalkan Penerimaan Pajak dari Sektor Informal di Era Digital.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya shadow economy sebagai konsekuensi perubahan struktur perekonomian yang mengarah pada digitalisasi dan tingginya sektor informal akan menjadi tantangan dalam mengoptimalkan penerimaan pajak.

Pada Februari 2024 saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk Indonesia yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 84,13 juta orang atau setara 59,17% dari total penduduk bekerja.

Hanya saja, angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Februari 2023 sebesar 60,12%.

Baca Juga: Pemerintah Sebut Penerimaan Pajak Tahun 2024 Dihantui Fenomena Shadow Economy

Pengamat Pajak Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar mengatakan bahwa pekerja informal tidak melalui sistem withholding atau pemotongan PPh Pasal 21 oleh pemberi kerja. Oleh karena itu, risiko untuk tidak patuhnya juga menjadi lebih besar.

"Dan terlihat dari data kepatuhan pelaporan SPT, Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) karyawan memiliki tingkat kepatuhan yang jauh lebih tinggi dari WP OP non karyawan," ujar Fajry kepada Kontan.co.id, Selasa (7/5).

Menurutnya, lantaran tidak melalui sistem withholding atau pemotongan PPh Pasal 21 ini akan berdampak kepada kesulitan pengadministrasian perpajakan orang pribadi.

Fajry mengatakan, ada dua langkah yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak dari sektor informal. Pertama, tindakan persuasi melalui sosialisasi yang lebih masif untuk menyasar subjek pajak tersebut.

Baca Juga: Fenomena Shadow Economy Hantui Penerimaan Pajak Tahun Depan

Kedua, tindakan ekstensifikasi dengan penegakan hukum seperti melalui Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan (SP2DK). Apabila Otoritas Pajak tidak proaktif maka akan menyebabkan tingkat kepatuhan yang terus turun dan mencederai WP OP yang selama ini telah patuh.

"Namun di sisi lain, optimalisasi penerimaan pekerja informal tidak optimal dikarenakan basis PPh 21 yang kecil. Banyak pekerja sektor informal yang diberikan upah di bawah UMR," katanya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×