kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengenang Mbah Moen, kyai sederhana dari Rembang


Rabu, 07 Agustus 2019 / 04:32 WIB
Mengenang Mbah Moen, kyai sederhana dari Rembang


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada usia 21 tahun, Maimun Zubair meninggalkan kampung halamannya di Rembang, Jawa Tengah, menuju ke Mekkah, Arab Saudi. Dikutip dari nu.or.id, di Tanah Suci, Mbah Moen belajar mengaji. Ia berada di bawah bimbingan Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Mbah Moen adalah putra ulama Kiai Zubair. Ayahnya merupakan seorang alim dan faqih, murid dari Syaikh SaĆ­d al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.

Baca Juga: Maimun Zubair dukung capres berdarah jawa tengah

Selain di Tanah Suci, Mbah Maimun juga belajar mengaji di sejumlah pesantren di Tanah Jawa, di antaranya Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim. Saat berguru di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki. M

bah Maimun merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di Tanah Hijaz. Selain itu, Mbah Maimun juga mengaji ke beberapa ulama di Jawa. Para ulama itu di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), dan Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban).

Baca Juga: KH Maimoen Zubair meninggal dunia di Makkah

Hingga akhirnya Mbah Moen dikenal sebagai seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak). Ia kerap menjadi rujukan ulama Indonesia dalam bidang fiqh karena menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh.

Kitab-kitab yang pernah ditulisnya, seperti berjudul "Al-Ulama Al-Mujaddidun" menjadi rujukan para santri. Pada 1965, Mbah Moen mulai mengembangkan Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Kiai Subang sebut puisi Fadli Zon merendahkan ulama

Pesantren ini menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Kini, Mbah Moen, kelahiran 28 Oktober 1928, telah berpulang. Ia meninggal dunia saat tengah menjalankan ibadah haji. Baca juga: Mengenang KH Maimun Zubair Rencananya, jenazah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu akan dishalatkan di Masjidil Haram.

Setelah itu, jenazah Mbah Maimun Zubair akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma'la, salah satu tempat pemakaman tertua di kota Mekkah. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Selamat jalan, Mbah Moen...

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siapa Mbah Moen? Dari Rembang Belajar ke Mekkah hingga Berpulang di Tanah Suci..."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×