kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menaker sebut ada 1,75 juta pekerja terdampak Covid-19


Rabu, 08 Juli 2020 / 17:03 WIB
Menaker sebut ada 1,75 juta pekerja terdampak Covid-19
ILUSTRASI. Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziah saat diwawancarai secara khusus oleh Tribunnews di Kantor Kemnaker RI, Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2020). Wawancara tersebut terkait sejumlah isu yang berkembang seperti RUU Omnimbus Law dan pekerja migran Indonesia.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, sejak  1 April hingga 27 Mei 2020 terdapat 1,75 juta tenaga kerja formal dan informal yang terdampak Covid-19.

Bila dirinci, pekerja formal yang dirumahkan dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai 1,43 juta, dimana yang di-PHK sebanyak 380.221 pekerja dan yang dirumahkan sebanyak 1.058.284 pekerja. Adapun, pekerja sektor informal yang terdampak sebanyak 318.959 orang.

"Data ini kami pegang by name by address, hasil laporan dari Dinas Ketenagakerjaan di seluruh provinsi," ujar Ida dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX, Rabu (8/7).

Baca Juga: Kemenaker: Ada kebutuhan 5,68 juta tenaga kerja dalam proyek strategis nasional

Ida pun menjelaskan, jumlah pekerja informal yang tercatat tidak terlalu besar disebabkan data yang masuk ke Kemenaker lebih banyak pekerja formal.

"Data yang masuk ke Kemenaker lebih banyak adalah pekerja formal. Sementara pekerja informal itu banyak masuk ke Kementerian Koperasi dan UKM, kementerian Parekraf," tutur Ida.

Ida menerangkan, sebelum Covid-19, kondisi ketenagakerjaan Indonesia tengah mengalami tren yang positif. Pasalnya, berdasarkan data BPS jumlah pengangguran terbuka hingga Februari 2020 menurun dari 5,01% di Februari 2019 menjadi 4,99% atau 6,88 juta.

Dari jumlah angkatan kerja sebanyak 137,91 juta,  penduduk bekerja sebanyak 131,03 juta, dimana pekerja informal sebesar 56,50% dan formal sebanyak 43,50%.

Menurut Ida, pemerintah pun sudah melakukan berbagai langkah mitigasi untuk menanggulangi dampak Covid-19.

Baca Juga: HIPMI siap minimalisir PHK di tengah pandemi virus corona (Covid-19)

Beberapa langkah tersebut seperti pemberian stimulus ekonomi kepada pelaku usaha agar bisa bertahan di masa pandmei sehingga dapat tetap mempekerjakan pekerja atau buruh, insentif keringanan pajak penghasilan maupun bunga kredit bagi pekerja di sektor formal, membuat program jaring pengaman sosial melalui bantuan sosial bagi para pekerja formal maupun informal.

Selanjutnya, memprioritaskan kartu pra kerja bagi korban ter-PHK atau dirumahkan.

"Dalam hal ini saya perlu sampaikan Kemnaker menjadi mitra aktif program pra kerja melalui Sisnaker. Sisnaker satu-satunya platform pemerintah yang ikut mengelola kartu pra kerja," ujar Ida.

Upaya mitigasi lainnya adalah memasifkan program padat karya tunai dan kewirausahaan untuk menyerap tenaga kerja juga memberi perlindungan terhadap pekerja migran, baik di negara penempatan maupun setelah kembali ke tanah air.

Baca Juga: Anggaran paling besar, penyerapan insentif PPh 21 baru 2,57%, ada apa?

"Selaras dengan upaya mitigasi itu, Kemnaker juga telah melakukan  langkah strategis mulai dari refocusing anggaran maupun perubahan kebijakan untuk mempertimbangkan kelangsungan usaha maupun perlindungan bagi pekerja," kata Ida.

Berbagai strategi tersebut yakni melaksanakan pelatihan berbasis kompetensi dan produktivitas melalui Balai Latihan Kerja Tanggap Covid-19. Menjalankan program pengembangan perluasan kesempatan kerja, hingga membuka posko layanan informasi, konsultasi dan pengaduan bagi pekerja terkait keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×