Reporter: Patricius Dewo | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dituntut cerdik dalam menjalin negosiasi dengan Amerika Serikat (AS). Menyusul langkah negeri Paman Sam yang tengah mengkaji ulang tarif khusus untuk barang ekspor Indonesia / Generalized System Preferences (GSP).
"Kita harus pintar-pintar melakukan negosisasi, bagaimana kita juga ada bargaining power, misalnya kita membeli kedelai dari dia, kita membeli Boeing dari dia. Jadi sebetulnya bagaimana kita menegosiasi dengan menggarisbawahi perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan," ujar mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7).
Mari Elka menegaskan sistem GSP sejauh ini mendatangkan keuntungan bagi sisi ekspor Indonesia ,karena 19 % dari total ekspor Indonesia akan mendapatkan fasilitas GSP.
"Dan pembaruan fasilitas GSP yang nilai kalau saya tidak salah sekitar 1,8 miliar dari total ekspor kita ke AS berarti sekitar 19% berarti ya, berarti Sekitar 10 % dari ekspor kita itu mendapat fasilitas GSP ,yang intinya ini biaya yang lebih rendah,” katanya.
Jadi, faktor negosiasi yang berperan penting dalam menentukan apakah AS akan tetap memperpanjang fasilitas GSP tersebut. "Jadi sekarang tinggal bagaimana kita melakukan negosiasi dengan mereka agar kita tetap dapat perpanjangan GSP. Kan lumayan 10 persen."
Terakhir, Mari menambahkan bahwa pemerintah Indonesia juga harus lebih jeli menangkap peluang ekspor dan kesempatan untuk investasi.
"Kita juga harus melihat kesempatan apakah ada produk yang tadinya masuk ke Amerika Serikat tanpa tarif ,tapi dikenakan ke China kan kita bisa masuk. Di sisi lain sebenarnya ini akan mengubah pola investasi, nah di sini ada kesempatan bagi kita menangkap potensi investasi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News