kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mandatori biodiesel terancam minyak


Rabu, 20 Januari 2016 / 11:04 WIB
Mandatori biodiesel terancam minyak


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tren penurunan harga minyak mentah di bawah US$ 30 per barel mulai menebar cemas. Utamanya keberlanjutan program mandatori biodiesel 20% dalam campuran solar tahun ini.

Melorotnya harga minyak tak pelak membuat pengembangan biodiesel tidak ekonomis lantaran biaya dan harga yang kelewat mahal. Kalah murah dengan harga bahan bakar minyak solar di pasar.

Ini pula yang menyeruakan usulan agar pengelola dana pengembangan perkebunan kelapa sawit atau CPO Fund yakni Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menghentikan sementara subsidi biodiesel.

"Dengan harga saat ini, subsidi industri biodiesel tidak profitable," tandas Pengamat Ekonomi Pertanian Bustanil Arifin.

Hitungan dia, break even point industri biodiesel bila harga minyak dunia di kisaran US$ 80 per barel. Bustanil cemas, CPO fund akan terkuras untuk program biodiesel.

Apalagi, saat ini BPDB menggunakan asumsi harga minyak antara US$ 35 hingga US$ 40 per barel sebagai dasar perhitungan besaran subsidi program pencampuran biodiesel ke solar.

Dengan harga minyak di bawah US$ 30 dan harga CPO sekitar US$ 550 per ton, praktis subsidi biodiesel lebih dari Rp 3.000 per liter. Jumlah itu akan membengkak jika nilai tukar rupiah terus melemah dan harga minyak mentah menyentuh US$ 25 per barel.

Dengan penyerapan biodiesel 375.000 kilo liter pada September hingga Desember 2015 saja, dana CPO Fund yang terkumpul sebanyak Rp 5 triliun, sebanyak 464 miliar untuk subsidi biodiesel. Padahal, tahun ini, target penyerapan biodiesel adalah 5,14 juta kl.

Tak kalah cemas, industri penghasil biodiesel juga menangkap kekhawatiran yang sama. Lantaran tak ekonomis, pemerintah bisa jadi akan sementara menghentikan program B20.

"Kekhawatiran tentu ada. Tapi itu kami anggap sebagai tantangan," ujar Paulus Tjakrawan, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi). Makanya, anggota Aprobi masih terus bekerja dan terus membangun pabrik biofuels baru.

Paulus mengakui, dalam kondisi seperti sekarang, perlu ada dana cadangan cukup besar untuk mendukung kelangsungan industri biofuels. "Itu tugas dan tanggung jawab pemerintah," ujarnya.

Direktur Utama BPDP Bayu Krisnamurthi mengaku tak khawatir dengan turunnya harga minyak. Toh, harga minyak dunia pernah di atas US$ 100 per barel. Kendati begitu, Ia tak menepis bisnis biodiesel bisa terganggu kalau harga minyak dunia terus anjlok.

"Kamis (21 /1), kami akan rapat. Tunggu hasilnya," ujarnya ke KONTAN, Selasa (19/1). Demi masa depan, pemerintah tentu wajib melanjutkan program energi terbarukan di tengah tipisnya energi bersumber dari fosil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×