kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Luhut: Infrastruktur Digital untuk Salurkan Bansos Bisa Hemat Biaya Rp 17 Triliun


Senin, 05 Mei 2025 / 22:00 WIB
Luhut: Infrastruktur Digital untuk Salurkan Bansos Bisa Hemat Biaya Rp 17 Triliun
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Rapat Koordinasi bersama Menkomdigi dan Menteri PAN-RB, untuk meninjau penerapan Digital Public Infrastructure (DPI).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketua Umum Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, implementasi Digital Public Infrastructure (DPI) diperkirakan bisa menghemat anggaran hingga Rp 17 triliun per tahun.

Hal ini diungkapkan Luhut saat melakukan Rapat Koordinasi bersama Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), serta sejumlah pemangku kepentingan terkait, untuk meninjau kemajuan implementasi DPI.

Rapat ini menjadi bagian dari upaya percepatan implementasi GovTech Indonesia, yang merupakan amanat langsung dari Presiden Prabowo Subianto, dengan target penyelesaian sebelum 17 Agustus 2025.

Sebagaimana diketahui, DPI pada tahap awal difokuskan program perlindungan sosial (perlinsos) di Indonesia.

“Sebagai ‘use case’ awal, kami memulai dengan program keluarga harapan (PKH) yang menjadi titik awal transformasi digital. Digitalisasi sistem ini diproyeksikan bisa menghemat anggaran negara hingga Rp17 triliun per tahun,” tutur Luhut mengutip keterangan tertulisnya, Senin (5/5).

Meski demikian, ia menyebut penghematan anggaran bukan satu-satunya tujuan pembentukan DPI. Ia juga ingin memastikan kehadiran negara semakin terasa bagi masyarakat yang membutuhkan.

Luhut menekankan bahwa sistem bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, transparan, dan bebas dari penyimpangan harus segera diwujudkan untuk memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat.

Luhut mengungkapkan bahwa saat ini ada empat kelompok kerja yang aktif bergerak, mulai dari pemutakhiran data penerima bantuan sosial, hingga penyusunan kebijakan dan perlindungan data pribadi.

Ia juga menghimbau pentingnya kehatian-hatian, terutama dalam hal interoperabilitas data, termasuk Data Terpadu Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) yang harus berkualitas dan aman.

“Kami sangat berhati-hati, sistem ini harus kredibel, bisa diaudit publik, dan dijaga ketat. Oleh karena itu, kami melibatkan BPKP sejak awal untuk mengawal setiap proses,” jelas Luhut.

Lebih lanjut, menegaskan bahwa GovTech bukan hanya sekadar soal penggunaan teknologi, tetapi lebih pada bagaimana membangun kepercayaan publik melalui pelayanan yang lebih baik.

Menurutnya, infrastruktur digital publik yang dibangun tidak hanya akan lebih efisien dan inklusif, tetapi juga akan meletakkan fondasi tata kelola bansos yang anti-korupsi, terbuka, dan dapat menjadi contoh bagaimana digitalisasi dijalankan secara terintegrasi dari hulu ke hilir.

Selanjutnya: RI Setop Impor, Prabowo Sebut Kamboja Cari Pasar Baru

Menarik Dibaca: BCA Revitalisasi dan Buka Panen Raya Biji Kopi, Produksi Meroket 350 Persen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×