kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,39   4,99   0.55%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lonjakan Harga Minyak Bisa Menambah Inflasi Hingga 50 Basis Poin


Senin, 28 Februari 2022 / 18:05 WIB
Lonjakan Harga Minyak Bisa Menambah Inflasi Hingga 50 Basis Poin
ILUSTRASI. Konflik Rusia-Ukraina bisa berdampak ke inflasi Indonesia melalui transmisi lonjakan harga minyak.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau jauh di sana, konflik Rusia-Ukraina yang tambah panas bisa berimbas ke Indonesia. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, konflik tersebut dikhawatirkan akan berdampak besar terhadap inflasi Indonesia melalui transmisi lonjakan harga minyak.

Bahkan,  hitungan Josua, bisa mendorong tambahan inflasi hingga dikisaran 0,3 persen poin sampai 0,5 persen poin atau 30 basis poin-50 basis poin.

Proyeksi tersebut berdasarkan asumsi harga minyak yang rata-rata US$ 95 per barel serta mengasumsikan rata-rata nilai tukar rupiah di kisaran Rp 14.350 per dollar. Maka total subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan mencapai sekitar Rp 258 triliun.

Sementara itu, subsidi gas LPG, dengan asumsi konsumsi tetap 8 juta ton (sesuai APBN 2022) dan dengan asumsi nilai tukar Rp 14.350 per dolar AS, perkiraannya menjadi sekitar Rp 100 triliun, atau meningkat Rp 33,6 triliun dari APBN 2022 yang sebesar Rp 66,3 triliun.

Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Berdampak ke Inflasi Indonesia Lewat Transmisi Harga Minyak

Lonjakan harga minyak bisa juga merembet ke harga gas. Padahal, "Harga gas industri yang saat ini dipatok US$ 6 per Million British Thermal Unit (MMBTU),” tutur Josua Kepada Kontan.co.id, Senin (28/2).

Menurutnya, kenaikan harga gas industri domestik akan mendorong kenaikan biaya produksi yang selanjutnya akan juga mendorong kenaikan harga sebagian barang. Industri yang akan terkena dampak antara lain seperti industri keramik, pupuk, pengecoran logam, tekstil, pulp dan kertas, semen, baja, otomotif dan petrokimia.

Josua berasumsi, jika kenaikan harga gas industri cukup signifikan maka akan mendorong tambahan inflasi 0,3-0,5 persen poin.

Josua menambahkan, bila konflik Rusia-Ukraina terdapat resolusi dalam jangka pendek yang menghindarkan dari ketegangan geopolitik yang berkepanjangan, harga minyak mentah jenis brent diperkirakan masih tetap berada di kisaran US$ 100-110 per barel dalam jangka pendek.

“Namun akan cenderung melandai setidaknya ketika ketegangan mereda akan mendorong normalisasi harga minyak mentah. Sehingga dampaknya terhadap inflasi global cenderung terbatas,” jelas Josua.

Namun, bila konflik ketegangan antara Rusia-Ukraina berkepanjangan akan berpotensi mendorong kenaikan harga minyak mentah brent hingga level US$ 140-150 per barel sehingga akan mendorong kenaikan inflasi global.

Baca Juga: BI: Konflik Rusia-Ukraina akan Mengganggu Pasokan Global

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×