kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

KSSK Beberkan Sejumlah Persoalan Global yang Bisa Mengancam Perekonomian RI


Senin, 08 Mei 2023 / 20:09 WIB
KSSK Beberkan Sejumlah Persoalan Global yang Bisa Mengancam Perekonomian RI
ILUSTRASI. Penjelasan hasil rapat koordinasi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Senin (8/5/2023) oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mencatat sederet persoalan yang menjadi ancaman ekonomi Indonesia dan sistem keuangan dalam negeri. Mulai dari perlambatan ekonomi global, hingga risiko inflasi yang tinggi di negara maju.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawari sekaligus Ketua Komite KSSK mengungkapkan sederet persoalan yang bisa mengancam perekonomian dalam negeri di antaranya, pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan turun di posisi 2,6% tahun ini, meskipun perkiraan tersebut tidak seburuk prediksi awal yang akan mengalami resesi yang dalam.

Outlook ekonomi global yang melemah ke 2,6%, lebih rendah utamanya komposisinya adalah untuk negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dan Eropa meskipun tidak separah prediksi awal soal resesi yang dalam, tapi tetap melemah. Tapi ini di RRT terjadi pembukaan ekonomi pasca pandemi menimbulkan harapan positif,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (8/5).

Sri Mulyani menyebut, kinerja pertumbuhan ekonomi global yang menurun perlu diwaspadai, sebab akan berimbas pada kinerja ekspor dan impor, serta berpengaruh pada harga komoditas, dan juga investasi yang masuk ke dalam negeri.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, BI Fokus Kendalikan Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah

Risiko lainnya yakni, inflasi di negara maju yang masih tinggi, sehingga akan menyebabkan suku bunga di negara tersebut juga tinggi.

"Suku bunga The Fed sudah paling tinggi. Ini akan berakhir suku bunganya di level tinggi kalau inflasinya sudah benar-benar reda. Ini akan berorientasi pada pelemahan dan bertahan hingga kuartal 2 bahkan ke depannya," Kata Sri Mulyani.

Dampak lain yang akan dirasakan jika suku bunga global tinggi adalah akan berimbas pada harga batu bara, nikel dan lainnya yang akan mengalami koreksi.

Selain itu akan juga berimbas pada aliran modal asing dan nilai tukar di negara berkembang termasuk Indonesia. Meski begitu, Sri Mulyani meyakini aliran modal asing yang masuk ke Indonesia dan nilai tukar rupiah masih dalam kondisi baik.

Di sisi lain, meski perekonomian global mengalami pelemahan, namun juga diwarnai sentimen positif dari China yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih kuat setelah pelonggaran terhadap pembatasan pandemi Covid-19.

Kemudian, sejumlah indikator perekonomian di dalam negeri juga menunjukkan kondisi yang terus membaik. Hal ini, tidak lepas dari dukungan kinerja APBN.

Baca Juga: KSSK: Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Diperkirakan Tetap Kuat di Level 4,5%-5,3%

Pada kuartal I 2023, pendapatan negara tetap kuat di tengah kondisi ekonomi global yang melemah dan normalisasi harga komoditas.

Pendapatan negara tercatat mengalami peningkatan 29% dari Rp 501,8 triliun menjadi Rp 647,2 triliun. Sementara belanja negara pada periode yang sama tercatat senilai Rp 518,7 triliun, atau naik 5,7% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 490,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×