kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Konvensi tak mampu tutupi isu korupsi Demokrat


Kamis, 09 Januari 2014 / 21:42 WIB
Konvensi tak mampu tutupi isu korupsi Demokrat
ILUSTRASI. Drakor If You Wish Upon Me, merupakan drama Korea terbaru yang dibintangi oleh aktor Ji Chang Wook.


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Konvensi Calon Presiden (capres) Partai Demokrat (PD) ternyata dinilai tidak mampu menyelamatkan partai itu dari terpaan isu korupsi. Demikian hasil survei Indonesia Indicator terhadap pemberitaan media massa online sepanjang 2013 lalu.

"Pemberitaan kasus korupsi yang mendera PD sempat dihalau pemberitaan tentang Konvensi. Akan tetapi Konvensi ini memiliki daya tahan singkat. Ketika Konvensi itu gagal, isu korupsi tetap menjadi pemberitaan," ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang dalam diskusi dan paparan hasil survei di Jakarta, Kamis (9/1).

Ia mengatakan, pemberitaan Konvensi hanya mampu meredam isu korupsi yang melibatkan kader atau orang dekat PD selama tiga bulan, yaitu pada Juli hingga September 2013. "Setelah itu pemberitaan korupsi yang dihubungkan dengan Partai Demokrat kembali menyeruak hingga penghujung tahun," imbuh Rustika.

Dia mengatakan, berdasarkan survei pemberitaan yang dilakukan dengan piranti lunak, sepanjang 2013, tercatat hingga 80.544 berita membahas PD. Sebanyak 27,7 persen di antaranya berkaitan dengan kasus korupsi.

Survei dilakukan secara real time selama 24 jam pada 365 hari sepanjang 2013 dengan cakupan 337 media massa online. Sebelumnya, Peserta Konvensi Capres PD Hayono Isman mengakui mekanisme penjaringan capres itu memang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas partai yang dibesarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

"Niat keduanya tidak bisa dipungkiri, memang untuk meningkatkan elektabilitas partai demokrat," ujar Hayono Senin (6/1). (Deytri Robekka Aritonang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×