kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konektivitas masih jadi kendala PJJ di perguruan tinggi


Rabu, 02 September 2020 / 18:55 WIB
Konektivitas masih jadi kendala PJJ di perguruan tinggi
ILUSTRASI. Hampir semua perguruan tinggi saat ini sudah melakukan pembelajaran secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir semua perguruan tinggi saat ini sudah melakukan pembelajaran secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hingga 9 April lalu, sebanyak 98% perguruan tinggi sudah melaksanakan pembelajaran daring.

Meski sudah hampir 100% semua perguruan tinggi di Indonesia menerapkan pembelajaran daring, namun masalah utamanya dari pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) ada pada konektivitas.

Dari hasil survei, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam menyebutkan, hanya ada 10,61% yang menyatakan koneksi internet selama PJJ baik, dan 7,8% mengatakan sangat baik. Sisanya mahasiswa menyebut konektivitas kurang atau buruk.

Sisi transformasi digital baik dosen ataupun mahasiswanya cukup bagus tapi koneksinya yang masih jadi masalah. Sehingga ini jadi perhatian kita dengan koordinasi bersama Kominfo," jelas Nizam saat Webinar Kompas Talks with Universitas Terbuka (UT) dengan tema 'Menyusun Peta Jalan Pembelajaran Jarak Jauh', pada Rabu (2/9).

Baca Juga: Soal PJJ, DPR ingatkan Kemendikbud pilih operator dengan kualitas internet terluas

Meski konektivitas jadi masalah dalam PJJ di perguruan tinggi, ternyata tidak memiliki pengaruh signifikan pada capaian pembelajaran mahasiswa. Kesiapan mahasiswa, kesiapan dosen dan materi pembelajaran justru memiliki korelasi tinggi dengan ketercapaian pembelajaran.

"Konektivitas tidak dominan pada capaian pembelajaran. Jadi asal modul tersampaikan ke mahasiswa mereka bisa self study, ini agak melegakan meski aspek konektivitas jadi masalah tapi ternyata tidak terlalu berdampak pada capaian pembelajaran. Kesiapannya dosen dan kesiapan materi justru signifikan dampaknya pada capaian pembelajaran," jelas Nizam.

Ia menambahkan, semakin bagus materi dan kesiapan dari dosen, akan berdampak semakin bagus pencapaian pembelajaran. Melihat hal tersebut, Kemendikbud melakukan pelatihan bagi dosen saat libur semester di perguruan tinggi.

Dari kacamata mahasiswa, Nizam menyampaikan, 70% mahasiswa merasa bahwa perkuliahan dapat tersampaikan dengan baik melalui pembelajaran daring. Selain itu sisi positif lainnya ialah, mahasiswa merasa lebih dapat menjangkau bahan ajar atau modul dari perkuliahan.

"Positifnya jika semua kadang dosen tidak membagikan bahan kuliah ini bahan kuliah langsung dikirim dulu sehingga mahasiswa merasa justru akses kepada bahan ajar lebih mudah kualitasnya lebih baik," kata Nizam.

Kendati ada sisi positif dari pembelajaran daring, mulai dari tak perlu berangkat ke kampus dimana waktu lebih fleksibel dan sebagainya, 90% mahasiswa masih memilih pembelajaran luring atau tatap muka.

"Permasalahan yang mereka terutama koneksi yang tidak stabil, tugas-tugas yang semakin banyak dan biaya koneksi yang mahal. Kalau disuruh pilih daring atau luring, 90% pilih luring karena mereka merasa masih bisa bertemu teman ngobrol dengan dosen dan sebagainya," imbuhnya.

Baca Juga: Ikatan Guru Indonesia sambut baik program bantuan subsidi kuota bagi pelajar dan guru

Kemendikbud sendiri melakukan beberapa upaya untuk mendukung pembelajaran daring, diantaranya koordinasi dan kerjasama dengan Kementerian Kominfo dan penyedia jasa internet untuk membuat whitelist sumber belajar daring di perguruan tinggi dan Dikti/Dikbud, kerjasama dengan content provider nasional dan internasional, menyiapkan platform Learning Management System (LMS) nasional gratis bagi perguruan tinggi yang belum memiliki, serta kerjasama dengan pemilik platform mulai dari perguruan tinggi, Universitas Terbuka dan Google Suite.

"Ada 8 juta mahasiswa dan 300.000 dosen melakukan transformasi digital dengan cepat. Menuju tatanan baru ini kita melakukan persiapan-persiapan menggunakan praktek baik yang kita dapatkan semester kemarin dan kita perkuat faktor-faktor yang dominan terhadap pembelajaran seperti, kesiapan dosen, model pembelajaran yang bagus yang harus kita intervensi dengan pelatihan-pelatihan serta bagaimana pembelajaran daring itu bisa memperkaya pengalaman siswa secara lebih utuh," jelas Nizam.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menambahkan, mengenai bahan ajar perlu diperhatikan dalam pembelajaran jarak jauh. Bahan ajar bagi PJJ harus dibuat dengan sesederhana mungkin yang membuat mahasiswa mampu menerima materi pembelajaraan dengan mudah melalui PJJ.

"Metode dari luring ke daring itu harus cari yang mudah, jangan metode yang tatap muka diterapkan di daring, enggak akan ketemu. Nah ini model yang efektif harus dicari jalan keluarnya," kata Moeldoko.

Kurikulum juga ditekankan Moeldoko perlu adanya penyesuaian untuk PJJ. Ia mengapresiasi adanya pelatihan yang meningkatkan kemampuan tenaga pengajar menyesuaikan kondisi saat ini.

Baca Juga: Tak cuma Mas Menteri, operator telekomunikasi juga ada program kuota gratis, lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×