kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketua kebijakan publik Apindo ungkap potensi risiko yang bakal dihadapi Indonesia


Kamis, 18 Maret 2021 / 22:31 WIB
Ketua kebijakan publik Apindo ungkap potensi risiko yang bakal dihadapi Indonesia
ILUSTRASI. Dalam jangka pendek, risiko kesehatan akibat Covid masih akan menantang.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono mengungkapkan masih ada risiko yang akan dihadapi oleh Indonesia dalam beberapa jangka waktu ke depan. Dia menjabarkan, untuk jangka waktu sangat pendek atau kurun waktu satu hingga dua tahun, masih akan ada risiko yang harus dihadapi dari masalah kesehatan. 

Masalah kesehatan ini merambah ke masalah ekonomi dan sosial seperti pengangguran, turunnya kesejahteraan masyarakat, dan pendidikan yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke depan. “Karena itu, pada jangka sangat pendek ini, konsentrasi kita betul-betul harus difokuskan untuk memadamkan kobaran api bencana kemanusiaan Covid-19,” ujar Sutrisno kepada Kontan.co.id, Selasa (16/3). 

Kemudian, untuk risiko di jangka pendek 3 tahun hingga 5 tahun, akan meliputi asset bubble. Risiko ini terjadi ketika aset seperti properti, saham, emas, dan logam mulai mengalami kenaikan dramatis tanpa didukung alasan fundamental yang memadai. Peningkatan secara pesat ini harus diwaspadai sebab, kenaikan harga secara irasional bisa menyebabkan kejatuhan ekonomi. 

Dalam jangka pendek tersebut, dia juga mengingatkan untuk waspada akan kebijakan suku bunga yang terus rendah. Menurutnya, ini akan menelurkan easy borrow dan uang murah yang menyebabkan spending yang berlebihan, dan inilah yang akan menyebabkan asset bubble

Baca Juga: Pengusaha optimistis tak ada gejolak harga jelang Ramadan

“Faktor lain adalah ketidakseimbangan antara supply dan demand, supply terbatas di tengah demand yang tinggi bisa menyebabkan kenaikan harga secara berlebihan. Menjaga keseimbangan menjadi perlu,” tambah Sutrisno. 

Selanjutnya, dalam jangka panjang atau hingga 10 tahun ke depan, risiko yang akan muncul berkaitan dengan perubahan iklim, masalah lingkungan, ancaman krisis sumber daya alam, dan digital power atau konsentrasi dan ketimpangan digital. Perubahan iklim selalu berkaitan dengan perubahan pola atau waktu dan perubahan intensitas dari unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu, dan sebagainya yang membawa dampak bencana seperti banjir dan badai. 

Bisa saja, ini diikuti dengan ancaman penyakit yang mengganggu makhluk hidup sehingga perlu ada upaya meminimalisir dampak buruk ini. Sutrisno juga mengingatkan, agar manusia tidak mengeksploitasi SDA secara berlebihan, selain merusak lingkungan, ini juga menghabiskan warisan untuk anak cucu dan mengkerdilkan industri yang berbasis rekayasa manusia. 

Baca Juga: Dengan bunga rendah dan guyuran stimulus, bankir pastikan permintaan KPR menggeliat

Adanya digitalisasi juga tak melulu membawa dampak positif, apalagi kalau ketimpangan masih tinggi. Contohnya, dalam situasi pandemi anak-anak yang dilengkapi dengan peralatan daring akan jauh lebih mudah belajar daripada mereka yang tidak. 

Kesenjangan penguasaan teknologi digital mampu menimbulkan gap yang serius dalam pendidikan, keterampilan, dan dalam pekerjaan, juga penguasaan ekonomi. “Untuk itu, pemerintah mesti memikirkan bagaimana memberi kesempatan yang sama kepada seluruh penduduk untuk dapat mengakses teknologi digital ke depannya,” tandasnya. 

Baca Juga: Tak hanya bantuan dana, ekonom nilai UMKM butuh pendampingan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×