Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram (kg) sebesar Rp 1.000 per kg berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2014 ini. Meskipun potensi gangguan tersebut tidak terlalu besar, tapi tetap saja, kenaikan itu berdampak pada inflasi dan mengurangi daya beli masyarakat.
Hal itu diakui oleh Staf Khusus Presiden Bidang Perekonomian dan Pembangunan Firmanzah ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (6/1). "Memang pasti berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tapi saya pikir dampaknya tidak terlalu besar," tutur Firmanzah.
Ia mengatakan Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2014, Pemerintah bersama DPR telah sepakat menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 6%. Firmanzah masih optimis target tersebut masih bisa dicapai, namun walaupun terjadi penurunan tapi tidak terlalu besar.
"Jadi dampak kenaikan harga elpiji ini tidak sampai mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 1% dari target tumbuh 6%," ujarnya.
Untuk mengetahui dampak kenaikan harga gas ini pada pertumbuhan ekonomi, Firmanzah bilang, akan terlihat pada triwulan pertama tahun 2014. "Ada beberapa motor pertumbuhan ekonomi juga yang akan muncul di akhir triwulan pertama dan awal triwulan kedua. Ini nanti kita lihat," terangnya.
Firmanzah bilang, belanja politik, khususnya menjelang pemilihan umum tahun 2014 ini turut mendongkrang pertumbuhan ekonomi dan diharapkan bisa menutupi dampak dari kenaikan harga gas elpiji. Pada tahun politik ini, pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6% sampai akhir tahun. Tapi kalaupun tidak sampai, penurunannya tidak terlalu rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News