kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah perkirakan ekonomi masih akan melambat


Minggu, 05 Januari 2014 / 17:25 WIB
Pemerintah perkirakan ekonomi masih akan melambat
ILUSTRASI. Manfaat Mengonsumsi Pakcoy


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2014 bisa mencapai 5,7%. Jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013 perkiraan realisasi tersebut lebih rendah. Dalam APBN-P, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di level 6,3%.

Menurut Menteri Keuangan M. Chatib Basri, pelambatan tersebut diperkirakan masih akan terjadi dikarenakan pertumbuhan ekonomi global yang juga diperkirtakan melambat. Penyebab lainnya adalah harga komoditas dunia yang masih akan turun.

Selain faktor global, berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah juga memiliki andil terhadap pelambatan ekonomi. Misalnya saja kenaikan tingkat suku bunga acuan, alias BI rate dan kenaiakan batas Loan To Value (LTV) rasio telah menekan investasi tahun ini. “Investasi tahun ini akan melambat,” ujar Chatib Jumat (5/1) di Jakarta.

Chatib juga bilang potensi pelambatan bisa berlanjut di tahun 2014 bila harga komoditas masih rendah, hal itu menyebabkan nilai ekspor juga sulit meningkat. Apalagi pemerintah masih berupaya untuk menekan impor, supaya target defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficits di bawah 3% di tahun 2014 tercapai.

Pemerintah mengaku cukup optimis target tersebut bisa dicapai bila berkaca pada kondisi saat ini dimana neraca perdagangan November 2013 kembali surplus. Dengan neraca perdagangan yang surplus, artinya impor mengalami penurunan, di sisi lain ekspor mengalami peningkatan.

Meski demikian pemerintah mengaku tak terlalu risau jika pertumbuhan melambat, asalkan masih di atas 5,5%. Karena dengan tingkat pertumbuhan sebesar itu, tidak akan mengganggu produktifitas industri, sehingga jumlah tenaga kerja yang di rumahkan bisa dijaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×