kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Harga Pangan dan Energi akan Sulitkan Masyarakat Kelas Menengah Bawah


Minggu, 25 Februari 2024 / 18:23 WIB
Kenaikan Harga Pangan dan Energi akan Sulitkan Masyarakat Kelas Menengah Bawah
ILUSTRASI. Kenaikan harga pangan dan energi pada Maret 2024 diperkirakan akan menyulitkan masyarakat kelas menengah ke bawah. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/YU


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga pangan dan energi yang terjadi pada Maret 2024 mendatang, diperkirakan akan menyulitkan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Sejumlah komponen yang akan meningkat di antaranya, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi lantaran konflik di Timur Tengah yang membuat harga minyak dunia meningkat. Lalu, tarif 13 ruas tol juga akan naik dalam waktu dekat.

Kemudian, di tengah kenaikan harga beras, pemerintah memutuskan untuk tidak menurunkan tarif listrik. Tarif listrik pada Maret 2024 masih sama dengan Kuartal IV pada Oktober-Desember 2023 yang saat itu tarifnya naik.

Kenaikan tarif listrik ini berlaku bagi 13 pelanggan nonsubsidi dan 25 golongan pelanggan bersubsidi.

Baca Juga: Waspadai Efek Kenaikan Harga Pangan dan Energi Secara Bersamaan

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menilai kenaikan harga BBM non subsidi dan tarif tol kemungkinan besar akan menahan konsumsi rumah tangga kelas menengah.

Secara tidak langsung juga akan berpengaruh kepada daya beli kelas menengah bawah, jika kenaikan tarif tol ikut mendorong menaikan beberapa barang konsumsi karena imbas dari peningkatan biaya transportasi barang

“Sementara itu, kenaikan harga bahan pokok beras akibat keteledoran pemerintah dalam mengelola keseimbangan pasokan dan permintaan beberapa waktu belakangan sudah sangat menyulitkan kelas menengah ke bawah. Ditambah lagi dengan kenaikan tarif listrik,” tutur Ronny kepada Kontan, Minggu (25/2).

Alhasil lanjutnya, jika dilihat dari sisi ekonomi, semua kenaikan harga tersebut berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi rumah tangga, bahkan akan menghambat investasi karena biaya produksi dan distribusi yang akan meningkat.

Dari sisi kenaikan tarif listrik, Ronny melihat akan berpengaruh ke semua sektor bisnis. Sementara itu, kenaikan tarif tol berpotensi besar berpengaruh ke sektor barang konsumsi (consumer goods), manufaktur, retail,  transportasi, dan pariwisata.

Maka dari itu, ia menyarankan agar pemerintah menunda kenaikan harga energi secara bersamaan, dan juga segera melakukan pengendalian harga pangan.

Baca Juga: Jelang Ramadan, Harga Pangan Pokok Beras, Gula Hingga Jagung Kompak Naik

Untuk mengantisipasi harga beras yang diperkirakan masih meningkat pada Ramadan dan Lebaran, ia menyarankan agar pemerintah melakukan pengelolaan dengan baik, mengingat sebentar lagi masa panen tiba.

Selain itu, Ronny juga menilai belum ada urgensi pemerintah menaikkan tarif listrik, tarif tol dan juga BBM non subsidi.

“Jika kenaikan harga BBM non subsidi justru menjadi sebab kenaikan tarif listrik, maka sebaiknya kenaikan harga BBM non subsidi ditunda dulu. Pasalnya, harga minyak dunia masih terbilang normal, belum ada kenaikan signifikan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×