kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Masyarakat Ekonomi Menengah ke Bawah Paling Terdampak Kenaikan Harga Pangan


Rabu, 29 November 2023 / 06:45 WIB
Masyarakat Ekonomi Menengah ke Bawah Paling Terdampak Kenaikan Harga Pangan
ILUSTRASI. Naiknya harga pangan hingga kenaikan rata-rata UMP tak sampai 5% membuat potensi kalangan masyarakat menengah ke bawah tertekan.. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, dengan naiknya harga pangan hingga kenaikan rata-rata UMP tak sampai 5% membuat potensi kalangan masyarakat menengah ke bawah tertekan.

"Tekanan paling dirasakan saat ini ke masyarakat kelompok 40% menengah dan 40% paling bawah," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (28/11).

Padahal, jika ditotal gabungan kelas menengah dan bawah kata Bhima memiliki kontribusi sebesar 53,2% dari total konsumsi nasional. 

Baca Juga: Masih Tinggi, Pemerintah Diminta Segera Kendalikan Harga Pangan

Maka, situasi dari tekanan sulitnya mencari lapangan kerja di sektor formal, kenaikan upah yang tidak seberapa dan inflasi pangan akan membuat kelas menengah bawah lakukan berbagai adjustment

Ia menyebut, tahun 2024 konsumsi akan lebih difokuskan ke pemenuhan kebutuhan pokok sehingga mengurangi pembelian barang sekunder dan tersier. 

"Bahkan sektor rekreasi yang booming pasca pandemi bisa jadi mulai melandai lagi pertumbuhannya karena ada tren berhemat," kata Bhima. 

Selanjutnya, Bhima menjelaskan jika konsumsi melambat maka efeknya akan ke permintaan industri manufaktur. 

Baca Juga: Jelang Nataru, Sejumlah Harga Komoditas Pangan Masih Tinggi

"Ini menjadi ancaman serius. Kondisi ekspor sedang tidak baik baik saja, China dan mitra dagang tradisional sedang alami pelemahan, sehingga tumpuan ekonomi Indonesia bisa 5% ada di domestik," imbuhnya.

Lebih lanjut jika industri yang basisnya pasar domestik melihat adanya tekanan daya beli, Bhima menyebut pengusaha bisa menahan melakukan ekspansi, bahkan lebih buruknya efisiensi karyawan. 

"Ini akan timbulkan lingkaran setan, di mana efisiensi karyawan menimbulkan tekanan daya beli yang lebih hebat. Skenario pertumbuhan di 2024 diperkirakan hanya berkisar 4,5-4,7% yoy," ungkapnya.

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mudah Menagih Hutang Penyusunan Perjanjian & Pengikatan Jaminan Kredit serta Implikasi Positifnya terhadap Penanganan Kredit / Piutang Macet

[X]
×