Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga pangan dan berbagai kebutuhan lainnya, hingga Putus Hubungan Kerja (PHK), berisiko terjadi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengatakan, kenaikan harga BBM ini pasti akan langsung disusul kenaikan berbagai harga komoditas kehidupan lainnya, yang akhirnya akan menggerus daya beli masyarakat.
“Langkah pemerintah ini sungguh amat kejam di tengah kondisi masyarakat yang berada di bawah himpitan ekonomi yang sulit dan daya beli yang masih sangat rendah pemerintah dengan teganya justru menaikkan harga BBM,” tutur Achmad dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (3/9).
Baca Juga: Pengamat: Kuota BBM Subsidi Bisa Tetap Jebol, Kenaikan Harga Tak Bisa Tekan Konsumsi
Menurut dia, kenaikan BBM tersebut dilakukan pada waktu yang tidak tepat karena akan berdampak pada kenaikan harga berbagai bahan pangan dan kebutuhan masyarakat lainnya.
Dia pun menilai bahwa kenaikan harga BBM berisiko menyebabkan stagflasi, sebagai rambatan efek dari kenaikan berbagai harga. Bahkan, Achmad mengkhawatirkan terjadinya PHK besar-besaran.
“Pabrik-pabrik juga akan keberatan menghadapi dampak dari kenaikan harga BBM ini,” kata dia.
Achmad mengibaratkan masyarakat Indonesia sudah jatuh lalu tertimpa tangga. Belum usai derita akibat pandemi Covid-19, kini masyarakat menghadapi kenaikan harga BBM dan risiko lonjakan harga berbagai kebutuhan.
Baca Juga: Harga BBM Naik, Cek Daftar Harga BBM Pertamina Terbaru
Kenaikan harga BBM itu problematis karena menurut Achmad dalam beberapa waktu terakhir harga minyak global turun. Lalu, pemerintah malah menggunakan APBN untuk proyek mercusuar seperti ibu kota negara (IKN) dan kereta cepat, bukannya untuk melindungi masyarakat.
“Bantalan sosial yang digelontorkan sebesar Rp 24,17 triliun tidak akan sebanding dengan tingkat risiko yang akan ditanggung atas kebijakan kenaikan BBM,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News