Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung pembangunan industri berbasis bambu secara terintegrasi dari hulu hingga hilir. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membeberkan potensi pengembangan industri bambu di Indonesia.
Agus mengungkapkan, ada 162 jenis bambu di Indonesia. 124 jenis di antaranya merupakan spesies asli Indonesia. Dari sisi kawasan, Indonesia menduduki peringkat keenam dunia dalam hal luasan hutan bambu, yang mencapai 1,85 juta hektare.
Bambu bisa menjadi salah satu sumber daya alam potensial untuk dikembangkan sebagai basis industri yang berdaya saing tinggi. Terutama di sektor kerajinan, furnitur, konstruksi, hingga bio industri. Potensi besar sumber daya bambu ini pun perlu pemanfaatan yang lebih optimal, agar komoditas bambu bisa menjadi produk yang bernilai tambah tinggi.
Agus menegaskan komitmen Kemenperin untuk mengawal tahapan pengembangan industri bambu secara menyeluruh dan berkelanjutan. Sinergi dengan para pemangku kepentingan, mulai dari komunitas bambu, lembaga riset, hingga sektor industri, menjadi kunci dalam mewujudkan ekosistem industri bambu yang tangguh dan berdaya saing global.
Baca Juga: Kemenperin Ungkap Potensi Industri Minyak Atsiri, Nilai Ekspor Capai US$ 259,54 Juta
Meski begitu, Agus mengakui pembangunan industri bambu memiliki tantangan yang tidak ringan. “Sama seperti membangun sektor industri lainnya, kita menghadapi persoalan terkait bahan baku, kualitas, dan standardisasi produk. Tapi tantangan ini harus kita hadapi bersama dengan inovasi dan produktivitas yang berkelanjutan,” ungkap Agus melalui keterangan tertulis, Senin (26/5).
Salah satu upaya Kemenperin adalah fasilitasi desain produk dan bantuan peralatan produksi bagi pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM). Agus pun telah melakukan kunjungan kerja di Kabuyutan Bambu Muara Beres, Cibinong, Bogor, Jawa Barat pada Senin (26/5).
Kemenperin juga memberikan pelatihan sumber daya manusia melalui Bamboo Academy. Program ini diharapkan menjadi lokomotif pembangunan industri bambu yang terintegrasi dan berkelanjutan. “Kami mendukung penuh terhadap pengembangan ekosistem industri bambu nasional melalui inisiatif Bamboo Academy,” kata Agus.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, pihaknya melakukan kurasi dan fasilitasi mitra dampingan bagi calon peserta Bamboo Academy yang tersebar di sektor hulu, antara, serta hilir. Program Bamboo Academy menargetkan pelatihan diikuti sebanyak 250 orang dalam waktu lima tahun.
Para peserta tersebut berasal dari Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilakukan melalui program Master Bambu, dengan tujuan menghasilkan lulusan master hulu, antara dan hilir. Master bambu juga mampu melatih mitra bambu lainnya (Training of Trainer - ToT) sebanyak 50 orang.
Lulusan Master Bambu akan dapat menjadi profesi Farmers Service Team dan Youth Program Entrepreneur. Selanjutnya, terdapat program Inkubasi Industri Berbasis Bambu. Para lulusan akan menghasilkan berbagai produk berbasis bambu sesuai kebutuhan perusahaan.
Baca Juga: Kemenperin Targetkan Net Zero Emission Industri pada 2050, Begini Strateginya
“Untuk memperkuat ekosistem ini, Kemenperin juga mendukung pembentukan Pusat Logistik Industri Bambu yang berlokasi di wilayah sumber bahan baku. Pusat logistik ini akan menjadi simpul distribusi bahan baku dan produk setengah jadi yang siap digunakan industri hilir,” jelas Putu.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita melanjutkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah kebijakan dan program strategis bagi upaya pengembangan IKM, termasuk IKM sektor bambu.
Di antaranya program e-Smart IKM yang mendorong pengrajin masuk ke pasar daring agar bisa menjangkau konsumen lebih luas, serta program pendampingan, pendidikan dan pelatihan terhadap IKM bambu.
Selanjutnya, Kemenperin memfasilitasi keikutsertaan pelaku IKM dalam berbagai pameran nasional dan internasional, seperti Inacraft dan Ambiente, untuk memperkenalkan produk furnitur, kerajinan dan home decor di pasar dunia. Upaya lainnya adalah koneksi antar pelaku usaha melalui workshop kemitraan dan temu bisnis.
Kemudian ada layanan sertifikasi untuk desain, kemasan, merek dagang, hak cipta, hingga paten dan desain industri.
“Kami juga memiliki program restrukturisasi mesin dan peralatan, yaitu bantuan fasilitasi teknologi mesin/peralatan guna meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil produksi. Selain itu, bimbingan teknis yang mencakup pelatihan keterampilan dan pengembangan desain produk dan kemasan, pendampingan untuk siap ekspor, serta pelatihan diversifikasi produk,” tandas Reni.
Selanjutnya: Daftar Harga Kambing Kurban Idul Adha 2025 di Area Jawa Tengah
Menarik Dibaca: Lighthouse Advanced Ekspansi, Perkuat Posisi di Sektor Kesehatan Berbasis Gaya Hidup
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News