Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kejaksaan Agung (Kejagung) melaporkan penanganan kasus tindak pidana korupsi dalam tata kelola komoditi emas yang melibatkan Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UBPPLM) PT Antam (persero) Tbk.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Dirdik Jampidsus) Kejagung Kuntadi menjelaskan, pihaknya telah memeriksa enam orang saksi dan semuanya ditetapkan sebagai tersangka.
Baca Juga: Marak Kasus Korupsi di BUMN, Ada Problem Tata Kelola dan Pengawasan BUMN
"Penyidik menetapkan enam orang saksi sebagai tersangka, mereka adalah para General Manager Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia atau UBPPLM PT Antam pada periode 2010-2021," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Kejagung Rabu (29/5).
Kuntadi menyebutkan, keenam tersangka tersebut yakni saudari TK periode 2010-2011, saudara HN 2011 sampai 2013, saudara GM 2013-2017, saudara AH 2017-2019, saudara MA 2019-2021 dan saudara ID 2021-2022.
Adapun yang menjalani pemeriksaan Kejagung pada hari ini sebanyak empat orang di antaranya HN, MA, ID dan TK. Sementara dua tersangka lainnya yaitu GM dan AH masing-masing tengah menjalani pidana penjara dan penahanan dari perkara lainnya.
Baca Juga: Antam Pastikan Pengelolaan Komoditas Emas Berasal dari Sumber Legal
Kuntadi bilang, keenam tersangka ini telah menyalahgunakan wewenang dengan melakukan aktivitas ilegal terhadap jasa manufaktur, berupa kegiatan peleburan dan pemurnian serta pencetakan logam mulia.
"Namun yang bersangkutan secara melawan hukum dan tanpa kewenangan telah melekatkan logam mulia milik swasta dengan merk LM (logam mulia) Antam," terang dia.
Kuntadi mengatakan, untuk melekatkan merek Antam pada logam mulia ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan, melainkan harus didahului dengan kontrak kerja dan ada perhitungan biaya yang harus dibayar, karena merek ini merupakan hak eksklusif dari PT Antam.
Baca Juga: Terpapar Kasus Hukum, Antam Harus Perbaiki Tata Kelola Perusahaan
Akibat perbuatan ini, lanjut Kuntadi, selama periode 2010-2022 telah mencetak logam mulia dengan berbagai ukuran mencapai 109 ton, yang kemudian diedarkan di pasar secara bersamaan dengan logam mulia produk PT Antam resmi.
"Logam mulia yang beredar secara ilegal itu telah menggerus pasar dari PT Antam hingga kerugiannya menjadi berlipat lipat tadi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News