kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Kebijakan Tarif Trump Dikhawatirkan Berdampak Serius Terhadap Industri di Indonesia


Senin, 07 April 2025 / 17:03 WIB
Kebijakan Tarif Trump Dikhawatirkan Berdampak Serius Terhadap Industri di Indonesia
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di pabrik sepatu PT Dwi Prima Sentosa (DPS) di Karang Tengah Pradon, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Kamis (18/1/2024). Banyak industri di Indonesia yang akan terdampak serius mulai dari elektronik, tekstil, kelapa sawit, dan alas kaki karena sangat bergantung pada pasar AS.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amarika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengumumkan kebijakan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia  yang terkena 32%. 

Merespons hal ini, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai kebijakan tarif Trump terhadap ekspor Indonesia secara langsung akan memberikan pukulan serius bagi perekonomian di tanah air. 

Banyak industri di Indonesia yang akan terdampak serius mulai dari elektronik, tekstil, kelapa sawit, dan alas kaki karena sangat bergantung pada pasar AS. 

Baca Juga: DEN Sebut Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Positif Ke Ekonomi RI, Ini Syaratnya

"Lebih serius kini sektor ini menghadapi risiko penurunan daya saing, kehilangan lapangan kerja, hingga perlambatan ekonomi," kata Rendy pada Kontan.co.id, Senin (7/4). 

Lebih dari itu, Rendy melihat hal ini bukan sekadar persoalan kebijakan luar negeri AS, tapi juga cermin dari kelemahan struktural ekonomi Indonesia yang memiliki ketergantungan pada satu pasar, tanpa kehadiran strategis investor asing, khususnya dari AS, seperti yang dimiliki Vietnam dan Kamboja.

Dalam kondisi ini, pemerintah diminta merespons secara realistis termasuk mengupayakan negosiasi strategis. 

Menurutnya, Indonesia bisa menawarkan insentif konkret bagi investasi AS, sambil menunjukkan bahwa ekspor Indonesia turut mendukung pekerjaan di AS. 

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tertekan oleh Kebijakan Perang Dagang

Di lain sisi, Indonesia juga perlu segera mempercepat diversifikasi pasar ekspor ke ASEAN, China, Uni Eropa, hingga Afrika dan Timur Tengah. 

"Di dalam negeri, industri terdampak harus mendapat dukungan, baik melalui insentif pajak, subsidi, maupun dorongan inovasi," jelasnya. 

Terkait peluang keringanan tarif, Rendy menilai kemungkinan ini masih minim. 

Namun, pemerintah bisa berharap pada pengurangan bertahap atau penyesuaian tarif jika mampu menawarkan konsesi yang menguntungkan AS, atau jika Indonesia mampu membentuk tekanan diplomatik kolektif bersama negara-negara lain yang terdampak. 

Walau begitu, Rendy meyakini strategi utama tetap harus fokus ke dalam negeri yakni melalui penguatan daya saing, tarik investasi strategis, dan dorong reformasi jangka panjang. 

Baca Juga: Perang Dagang AS-China Berlanjut, Ekonomi Indonesia Berpotensi Terhambat

"Tantangan ini memang berat, tapi juga bisa jadi momentum untuk membangun ketahanan ekonomi yang lebih tangguh dan berdaulat," pungkasnya. 

Perlu diketahui, Trump baru saja mengumumkan kebijakan baru pengenaan tarif bea masuk perdagangan atau tarif timbal balik (resiprokal) dengan minimal 10%. 

Dalam pengumuman tersebut, Indonesia dikenakan tarif timbal balik sebesar 32%. Jumlah tersebut terbilang tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga lainnya. 

Sebagai pembanding, Malaysia hanya dikenai biaya tarif Trump 24%, sedangkan Singapura 10%. Filipina dikenai tarif timbal balik ini senilai 17%. 

Selanjutnya: Panen Raya Serentak di 14 Provinsi, Prabowo Komitmen Wujudkan Kedaulatan Pangan

Menarik Dibaca: Mengulik Manfaat Daun Kersen untuk Diabetes yang Jarang Diketahui

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×