Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Melansir Britannica, RNA adalah senyawa kompleks dengan berat molekul tinggi yang berfungsi dalam sintesis protein seluler dan menggantikan DNA (asam deoksiribonukleat) sebagai pembawa kode genetik pada beberapa virus.
Setelah mendapatkan RNA, spesimen kemudian dicampurkan dengan Reagen untuk pemeriksaan dengan metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (PCR).
PCR adalah pemeriksaan dengan teknologi amplifikasi asam nukleat virus untuk mengetahui ada tidaknya virus/DNA virus dan untuk mengetahui genotipe virus.
Baca Juga: Setelah diperiksa lebih dari 7 hari, pasien 01 tetap positif terinfeksi corona
Genotipe virus bisa diketahui dengan melakukan sekuensing DNA. Setelah itu dimasukkan ke mesin yang gunanya untuk memperbanyak RNA supaya bisa dibaca oleh alat spektrofotometer.
Setelah dilakukan serangkaian tahapan tersebut, hasilnya akan muncul berupa tanda positif dan negatif virus corona. Positive control digambarkan dengan kurva sigmoid, sedangkan negative control tidak terbentuk kurva (hanya datar).
Itu adalah satu quality assurance untuk memastikan, apakah yang diperiksa benar corona atau tidak.
Untuk mengerjakan pemeriksaan spesimen banyak hal yang harus dipenuhi sebelum menyatakan sampel yang diperiksa positif atau negatif. Jadi, bila positif corona, sampel tersebut akan menyerupai dengan positive control-nya.
Baca Juga: Jadi episentrum baru penyebaran corona, Indonesia tutup penerbangan dari Italia
Setelah itu memasuki tahap pelaporan. Kasus positif dilaporkan setelah semua alur dilalui.
Kepala Humas Kementerian Kesehatan Busroni menjelaskan, cara tes virus corona di Indonesia yang dilakukan saat ini masih sama seperti saat belum ada kasus positif di Indonesia. "Masih sama," ujarnya kepada Kompas.com.
Penulis: Nur Fitriatus Shalihah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melonjak Jadi 19 Kasus Positif, Bagaimana Cara Tes Virus Corona di Indonesia?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News