Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pendanaan besar yang berhasil diperoleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dinilai bukan sekadar soal jumlah dana, tetapi lebih pada bagaimana dana tersebut diinvestasikan demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pengamat BUMN dari NEXT Indonesia, Herry Gunawan menegaskan bahwa aset Danantara saat ini sudah berada dalam kapasitas investasi nasional.
Namun, untuk mendorong ekonomi, yang dibutuhkan adalah tambahan modal investasi agar rasio investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat.
“Investasi Danantara seharusnya mampu menarik keterlibatan investor swasta, terutama asing. Dengan begitu, kapasitas modal investasi dalam negeri bisa meningkat dan turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” ujar Herry kepada KONTAN, Minggu (6/7).
Baca Juga: Danantara Lahir, Jadi Pengelola Investasi Sekaligus Instrumen Pembangunan?
Ia menekankan pentingnya fokus Danantara pada sektor riil, bukan investasi portofolio. Menurutnya, investasi portofolio hanya berfungsi sebagai pendukung penguatan modal, bukan tujuan utama.
Herry juga menyoroti sektor yang perlu menjadi perhatian Danantara yakni industri pengolahan menengah (intermediate industry) yang menghasilkan bahan baku penolong untuk produksi.
Hal ini dinilai krusial karena saat ini sekitar 70% dari total impor Indonesia berasal dari bahan baku penolong, yang mencerminkan tingginya ketergantungan pada impor.
“Kalau Danantara ingin berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi di sektor ini harus diprioritaskan. Sektor ini juga memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi,” tegasnya.
Sejak diluncurkan pada 24 Februari 2025, Danantara telah menjalin kerja sama investasi internasional senilai US$ 7 miliar dari mitra di Qatar, Rusia, China, dan Australia.
Baca Juga: Pandu Sjahrir Buka-bukaan Soal Danantara Siap Jadi Liquidity Provider di Bursa
Terbaru, Danantara memperoleh komitmen investasi senilai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 162,36 triliun dari ACWA Power, perusahaan desalinasi air dan pelopor hidrogen hijau asal Arab Saudi.
"Danantara dan ACWA menjalin kerja sama investasi senilai US$ 10 miliar untuk pengembangan proyek-proyek besar di bidang energi bersih," ujar CEO Danantara, Rosan Roeslani melalui unggahan di akun Instagram resminya, Sabtu (5/7).
Senada dengan Herry, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin juga menekankan pentingnya fokus Danantara pada investasi jangka panjang yang bersifat strategis, bukan taktis atau berorientasi jangka pendek.
Menurut Wijayanto, pengalaman Sovereign Wealth Fund (SWF) global menunjukkan bahwa keberhasilan dicapai melalui investasi jangka panjang yang konsisten.
Baca Juga: Kisah Bos Cipta Perdana Lancar (PART) Hamim Sukses Berinvestasi di Sektor Otomotif
“Dalam konteks Indonesia, sektor hilirisasi, transisi energi, kendaraan listrik (EV), dan infrastruktur adalah area strategis yang menjanjikan,” ungkapnya.
Dengan dukungan investasi besar dan arahan yang tepat, Danantara diharapkan dapat memainkan peran penting sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Selanjutnya: Jurus Telkom Manfaatkan Libur Sekolah Kuartal II untuk Dongkrak Trafik dan Penjualan
Menarik Dibaca: Strategi Mengatur Anggaran Olahraga Remaja agar Tetap Hemat & Efektif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News