kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kampanye HIV/AIDS harus lebih diviralkan


Selasa, 23 Juli 2019 / 07:05 WIB
Kampanye HIV/AIDS harus lebih diviralkan


Reporter: Vendi Yhulia Susanto, Yusuf Imam Santoso | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Meski dengan anggaran terbatas, upaya pemerintah menangani HIV/AIDS patut mendapat apresiasi. Paling tidak pemerintah mampu menjamin ketersediaan obat anti retro viral (ARV).

Kini yang masih perlu dioptimalkan adalah kampanye bahaya dan pencegahan HIV/AIDS secara masif. Pemerintah harus bisa membuat konten edukasi soal HIV/AIDS yang bisa viral di media sosial.

Ketua Yayasan Pesona Jakarta Sammi Alfarisi menyebut tindakan pemerintah untuk menyediakan poli khusus guna menangani orang maupun anak dengan HIV/AIDS (ODHA/ADHA) sudah cukup baik. "Banyak masyarakat belum tahu bagaimana cara pengobatan HIV/AIDS dan cara mencegahnya," terang Sammi, Jumat (19/7).

Hal ini tergambar dari data penanganan ODHA/ADHA oleh Yayasan Pesona. Pada April-Mei 2019 lalu, ada 200 orang yang berobat di Yayasan Pesona. "Tapi, rata-rata yang berobat tiap bulan hanya sekitar 60-70 orang," kata Sammi.

Aktivis Kesadaran HIV/AIDS Rory Asyari menambahkan, bahan kampanye yang bisa menjadi viral di media sosial jangan hanya tentang pengobatan dan pencegahan HIV/AIDS. Kampanye tersebut juga harus mengajak masyarakat untuk memberi dukungan bagi ODHA dan ADHA.

"Ini penting, karena hanya dengan dukungan banyak pihak, ODHA dan ADHA bisa menjalani pengobatan maksimal," katanya.

Rory optimistis media sosial bisa menjadi sarana yang ampuh memberikan informasi HIV/AIDS. "Harus diakui bahwa orang dengan HIV/AIDS mayoritas merupakan generasi milenial," kata Rory.

Adapun konten kampanye di media sosial juga harus bisa menjelaskan tentang seks aman yang bisa mencegah penyebaran HIV/AIDS. Alasannya penularan HIV/AIDS 72% melalui hubungan seks.

Penularan HIV AIDS melalui seks bebas sulit untuk dimonitoring. Makanya pemerintah harus memberikan kampanye seks aman yakni hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sah , juga menggunakan kondom karena 85%-90% efektif mencegah masuknya virus HIV/AIDS.

Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nahar menyebut pemerintah sudah punya kebijakan penanganan kasus HIV/AIDS. Ia meminta masyarakat bertanya ke Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk memperoleh layanan kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×