Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sensus Penduduk baru berlangsung pada awal Mei tahun depan. Tapi, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 231 juta orang, atau naik 29 juta orang ketimbang hasil pendataan Sensus Penduduk 2000 lalu yang tercatat sebanyak 202 juta orang.
Pemicu lonjakan cukup besar tersebut adalah kurang optimalnya Program Keluarga Berencana (KB) dalam lima tahun terakhir. "Jika KB tidak digenjot lagi, jumlah penduduk Indonesia pada 2025 mendatang akan lebih dari 263 juta orang," kata Deputi Statistik Sosial BPS, Afrizal Achnaf, Rabu (19/8).
Sensus Penduduk 2010, Afrizal bilang, tidak sekadar untuk mengetahui jumlah penduduk. Tapi juga angka kelahiran. Pada sensus sebelumnya, rasio tingkat kelahiran atawa total fertility rate (TFR) sebesar 2,6%. TFR adalah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya, yakni antara 15-49 tahun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 akan menjadi sumber data, antara lain untuk pembuatan nomor induk kependudukan (NIK) dan data pemilih tetap (DPT) pada Pemilihan Umum 2014. "Juga untuk kegiatan program-program sosial," ujar dia.
Pemerintah menyiapkan dana cukup besar, yakni Rp 3,3 triliun untuk menggelar sensus penduduk ini. "Kami juga bekerjasama dengan lembaga internasional seperti United Nations Fund For Population Activities (UNFPA)," kata Afrizal.
Sebagian besar anggaran dipakai untuk membayar upah dan biaya pelatihan petugas sensus yang mencapai 700.000 orang. BPS membutuhkan petugas lapangan yang banyak sekaligus terdidik untuk mendapatkan data yang valid. Setiap petugas lapangan akan mencacah sekitar 100 hingga 200 rumah tangga. Para petugas itu akan bekerja melakukan sensus di lapangan selama satu bulan penuh, mulai 1 Mei sampai 31 Mei 2010.
Sensus penduduk pertama kali dilaksanakan di masa Pemerintah Hindia Belanda, yakni pada 1930 silam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News