Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Wododo (Jokowi) menargetkan defisit anggaran tahun 2020 berada di level 1,76% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara, target defisit anggaran sampai dengan akhir tahun 2019 sekitar 1,93%. Tren ini diharapkan dapat berlangsung dengan mulus, dibandingkan dengan defisit anggaran dari 2,59% terhadap PDB pada tahun 2015.
Baca Juga: Ini asumsi RAPBN 2020: Pertumbuhan ekonomi 5,3%, kurs rupiah Rp 14.400, inflasi 3,1%
Sejalan dengan itu, Jokowi menyampaikan defisit keseimbangan primer juga dipersempit dari Rp142,5 triliun pada tahun 2015, menjadi sekitar Rp34,7 triliun pada tahun 2019, dan diupayakan lebih rendah lagi menjadi Rp12,0 triliun pada tahun 2020.
Asal tahu saja, keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.
Lebih lanjut Jokowi mengatakan defisit anggaran dan rasio utang terhadap PDB tetap dikendalikan dalam batas aman, di bawah tingkat yang diatur dalam Undang-Undang (UU) Keuangan Negara, sekaligus untuk mendorong keseimbangan primer menuju positif.
Baca Juga: Jokowi: Belanja negara tahun 2020 juga fokus kurangi ketimpangan antarwilayah
Guna meraih target tersebut, Jokowi bilang pemerintah akan terus meningkatkan kebijakan fiskal di tahun 2020 yang diharapkan mampu menjaga keseimbangan primer atau bahkan surplus dalam waktu dekat.
“Kebijakan fiskal tahun 2020 bersifat ekspansif, terarah, dan terukur. Defisit anggaran pada tahun 2020 akan dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman dan dikelola secara hati-hati sehingga berkelanjutan,” kata Jokowi dalam Sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020.