Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pihaknya meyakini saat Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) DKI Jakarta diperketat maka ekonomi akan turun hingga ke level yang sedikit lebih baik dari kondisi April-Mei lalu.
Namun, agar tidak jatuh ke jurang yang sama pada periode kuartal II-2020 lalu, ada tiga hal yang jadi catatan Kadin Indonesia untuk Pemprev DKI Jakarta dan pemerintah pusat (Pempus).
Pertama, implementasi PSBB menjadi lebih smooth dilaksanakan oleh pelaku usaha dan masyarakat, karena sudah pernah dilakukan sebelumnya. “Sehingga blunder-blunder koordinasi dan pelaksanaan PSBB seperti yang terjadi di April-Mei menjadi minim dan kinerja perusahaan yang masih boleh beroperasi bisa maksimal,” kata Shinta kepada Kontan.co.id, Kamis (10/9).
Kedua, harus dipastikan sebagian besar pelaku usaha sudah melakukan transisi ke sistem perdagangan online dan menjalankan pekerjaan dari rumah secara maksimal. Sehingga kinerja tidak terlalu drop meski permintaan pasar domestik secara agregat cenderung turun.
Baca Juga: PSBB ketat, catat lokasi Samsat keliling di DKI Jakarta
Ketiga, kinerja ekspor tetap tumbuh positif tanpa hambatan sepanjang PSBB. Dus, tidak ada gangguan logistik perdagangan maupun masalah inefisiensi supply chain lain di sisi produksi maupun perdagangan.
“Sehingga kinerja ekonomi nasional bisa dibantu oleh perbaikan permintaan pasar global yang memiliki tren positif terhadap normalisasi kegiatan ekonomi,” ujar Shinta.
Kendati demikian, kalau tiga catatan Kadin tersebut tidak bisa berjalan ideal, maka Kadin meramal pertumbuhan ekonomi bisa kembali di level minus 5,32% atau lebih dalam di periode kuartal II-2020.
“Kalau lebih buruk, proyeksi pertumbuhan kinerja juga akan berubah ke arah yang lebih negatif atau pesimistis. Proyeksi ini tidak berlaku secara sektoral karena beberapa sektor kemungkinan besar akan mati total atau memiliki kinerja mendekati nol,” ujar Shinta.
Baca Juga: PSBB Jakarta, industri tekstil bisa kehilangan potensi pendapatan US$ 3 miliar/bulan
Shinta mewanti-wanti, sektor usaha yang bakal terkena dampak paling parah akibat PSBB kedua ini antara lain sektor retail, angkutan massa, dan sektor jasa pada umumnya.
“Untuk sektor-sektor tersebut dampaknya akan sangat immediate. Jadi, begitu diberlakukan hari Senin (14/9), penurunan kinerjanya akan langsung terasa pada detik itu juga,” kata Shinta.
Namun, untuk sektor jasa yang sifatnya sebagai fasilitas public yang diizinkan beroperasi sepanjang PSBB yakni energi, perbankan, dan telekomunikasi masih punya outlook cukup baik.
“Untuk sektor lain penurunannya akan bervariasi antara 30%-80% tergantung jenis outputnya,” jelasnya.
Baca Juga: Kadin keluhkan kebijakan PSBB DKI Jakarta bakal mematikan kegiatan usaha
Shinta bilang untuk memitigasi dampak negatif PSBB pekan depan, pelaku usaha tentu akan mengupayakan segala hal agar bisa bertahan. Ini bisa dalam bentuk transisi ke remote working, online trading, atau memaksimalkan pemanfaatan stimulus pemerintah, serta meminta dispensasi untuk beroperasi kepada Pemprov DKI Jakarta sesuai deng kebutuhan kinerjanya.
“Yang jelas, pelaku usaha akan lebih fokus pada segala upaya untuk efisiensi beban-bebas operasi, menjaga kelancaran cashflow dan receivables serta mencari capital baru yang risiko capital injection-nya masih acceptable bagi perusahaan,” kata Shinta.
Selanjutnya: Pelaku usaha meminta Pemprov DKI Jakarta memberi stimulus dan relaksasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News