Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penurunan Penanaman Modal Asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) pada kuartal III 2025 disebabkan sejumlah faktor global dan juga permasalahan di dalam negeri.
Asal tahu saja, di kuartal III 2025,realisasi investasi PMA tercatat menurun 8,87% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 212 triliun, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 232,65 triliun.
Ekonom Bright Institute Yanuar Rizky mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi penyebab menurunnya investasi asing ke Indonesia.
Pertama, faktor geopolitik yakni terjadi rebalancing portofolio dari para investor global, dengan berpindah ke aset safe haven seperti emas, sebagai sinyal bahwa pasar sektor riil tengah menghadapi ketidakpastian.
"Jadi ekspansi likuiditas cash berkurang, karena posisi natural hedging yang juga dilakukan bank sentral banyak negara untuk mengantisipasi resiko pasar surat utang pemerintah, jadi dari sisi bank sentral juga trennya lebih ke stabilitas dan mitigasi resiko, bukan ekspansi," kata Yanuar kepada Kontan, Jumat (17/10/2025).
Baca Juga: RI Cetak Investasi Rp 1.434 Triliun per September, 2 Juta Lapangan Kerja Tercipta
Faktor kedua, persepsi risiko fiskal. Menurut Yanuar, Indonesia memberikan sinyal counter cyclical di mata investor, yang artinya investor menilai pemerintah cenderung menganggap remeh stabilitas.
"Padahal profiling utang jatuh tempo pemerintah di tahun 2025, 2026, 2027 tinggi juga bunganya tinggi. Sementara pendapatan negara dari sisi pajak menurun, menandakan ada risiko gagal bayar jika belanjanya tidak dikendalikan," ungkapnya.
Lebih jauh, jika membandingkan dengan negara seperti Vietnam, Yanuar menilai, Indonesia masih terlalu bergantung pada sumber daya alam, notabene basis industri domestik belum berkembang kuat.
Sementara Vietnam dinilai telah memiliki basis manufaktur dan sektor industri yang lebih mapan sehingga lebih menarik bagi investor asing.
"Kita memang tidak punya basis industri yang sudah bergerak, kita mengandalkan sumber daya alam, bukan basis pertanian dan industri," kata Yanuar
Meski kondisi saat ini menantang, Yanuar mengusulkan strategi pemulihan agar Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara pesaing seperti Vietnam. Yakni dengan fokus pada stabilitas fiskal, penataan kelembagaan negara, manajemen utang atau restrukturisasi BUMN, hingga penegakan korupsi dan transformasi pertanian.
Baca Juga: Realisasi Investasi Asing Kuartal III-2025 Terendah Sejak Pandemi 2020, Ini Sebabnya
Selanjutnya: Resmi Gabung dengan Adira Finance, OJK Cabut Izin Usaha Mandala Finance
Menarik Dibaca: Hujan Lebat di Provinsi Ini, Simak Peringatan Dini Cuaca Besok (18/10) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News