kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini pesan pemerintah untuk para akuntan dalam menghadapi era digital


Selasa, 08 Oktober 2019 / 19:17 WIB
Ini pesan pemerintah untuk para akuntan dalam menghadapi era digital
ILUSTRASI. Sekjen Kementerian Keuangan Hadiyanto


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

Sehingga, Hadiyanto menilai profesi keuangan harus mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan dinamika perekonomian dunia dan serta mampu menyesuaikan standar profesi yang merujuk pada standar internasional dengan mempertimbangkan regulasi dan kondisi yang berlaku di dalam negeri.

Diharapkan dengan adanya era digital serta munculnya perusahaan digital dan start-up, standar pelaporan keuangan harus menyesuaikan agar dapat mengcapture data-data atau nilai-nilai non keuangan yang dimiliki perusahaan digital tersebut agar dapat terefleksi dalam laporan keuangan sebagai alat pengambil keputusan. 

Hadiyanto memberikan contoh pada tahun 2018, New York Times melaporkan bahwa Uber merencanakan IPO. Nilai Uber pada saat itu diperkirakan antara US$ 48 miliar-US$ 70 miliar, meskipun dalam laporan keuangannya Uber melaporkan kerugian selama dua tahun terakhir. 

Selanjutnya Twitter melaporkan kerugian US$ 79 juta sebelum IPO, namun pada saat IPO di tahun 2013 diperkirakan nilainya adalah US$ 24 miliar, dan selama empat tahun berikutnya, Twitter terus melaporkan kerugian. 

Demikian pula, dengan Microsoft membayar US$ 26 miliar untuk LinkedIn yang merugi pada tahun 2016, dan Facebook membayar US$ 19 miliar untuk WhatsApp pada tahun 2014 ketika tidak memiliki pendapatan atau laba. 

Sebaliknya, harga saham raksasa industri GE telah turun 44% dibandingkan tahun lalu, sebagai akibat GE melaporkan berita kerugian pertamanya dalam 50 tahun terakhir. 

Pertanyaannya, mengapa investor bereaksi negatif terhadap kerugian laporan keuangan untuk perusahaan industri tetapi mengabaikan kerugian tersebut untuk perusahaan digital?

Menurut Hadiyanto, fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa dibutuhkan reformasi pada standar pelaporan keuangan antara lain dengan melakukan penyesuaian dalam mekanisme pelaporan khususnya dalam penilaian, pengukuran dan pengakuannya terhadap asset tak berwujud, melakukan penambahan terhadap pelaporan keuangan dengan menambahkan informasi-informasi non keuangan yang terintegrasi (integrated reporting).

Untuk profesi penilai, kini terdapat suatu Automated Valuation Model (AVM), yaitu suatu metode penilaian dengan menggunakan permodelan matematika yang dikombinasikan dengan database. Secara global model ini masih dikembangkan di beberapa negara seperti Amerika, Kanada dan Swedia. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×