Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melihat ada peluang emas untuk memboyong investor untuk berinvestasi ke Indonesia. Hal itu mengingat banyak agenda internasional yang akan diikuti Indonesia hingga akhir tahun.
Yang paling dekat adalah pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia pada bulan depan di Bali. Kemudian di bukan berikutnya ada helatan KTT, G20, APEC, dan Asian Summits. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, pihaknya telah bersiap-siap untuk menarik investor.
Hal utama yang dipersiapakan secara matang adalah strategi komunikasi kepada para investor. Pasalnya, kondisi ekonomi global saat ini masih menjadi sentimen dalam perekonomian nasional.
Salah satunya adalah dampak perang dagang antara AS-Tiongkok. Menurut Lembong, hal tersebut pasti berpengaruh terhadap iklim usaha. Tapi ia berpendapat, kondisi saat ini justru peluang bagi Indonesia untuk bisa membedakan diri dari negara berkembang lainnya.
"Ini peluang untuk bisa membedakan diri Indonesia dari negara berkembang lainnya yang tidak reformis dan tidak seprogresif kita," katanya saat ditemui di Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, Selasa (18/9).
Sebab, kata Lembong, negara-negara yang mengalami gejolak ekonomi yang paling parah merupakan negara yang kurang reformis dan kurang progresif. Sementara, kini hampir semua lembaga riset internasional mengatakan Indonesia termasuk kategori negara yang stabil reformis, progresif dan konservatif secara tata kelola anggaran dan neraca.
"Untuk itu sekarang kita lebih persiapkan bagaimana strategi komunikasi bagaimana menerangkan dan menjelaskan ke kalangan investor. Apa langkah-langkah yang telah diambil dan kira-kira apa terobosan besar yg bisa diantisipasi dalam 6-9 bulan kedepan," tambah Lembong.
Adapun untuk investor, pihaknya membedakan menjadi dua yakni investor jangka pendek dan jangan panjang. Bagi investor jangka panjang, menurut Lembong guncangan pasar tidak terlalu bermasalah.
Pasalnya, secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat atraktif. "Yang menjadi masalah itu untuk investor jangka pendek terutama investor di pasar modal. Pasar modal yang mempengaruhi kurs rupiah tingkat bunga yang dirasakan langsung oleh masyarakat luas," terang Lembong.
Maka dari itu, BKPM perlu memberi perhatian kepadanya sentimen pasar modal dan investor jangka pendek jangan sampai terganggu.
Sektor yang ditawarkan adalah pariwisata
Adapun BKPM akan konsisten untuk menawarkan investasi di sektor pariwisata ke para investor nanti. "Pariwisata itu sudah sangat jelas sekali. Masih konsisten seperti tiga tahun lalu," kata Lembong.
Ia melihat, ekonomi Indonesia masih sangat terbantu dan devisa Indonesia juga sangat terbantu oleh pertumbuhan wisata internasional yang terus gencar. Sehingga hal ini bisa dijadikan momentum yang bisa terus digenjot dan dijaga.
Kemudian juga sektor lain jika dilihat dari neraca dagang dan impor BBM dan subtitusi BBM impor dengan biodiesel yg merupakan produk lokal juga bisa perlu diperhatikan. "Karena kebetulan juga lagi murah saat ini, itu juga jadi langkah positif makanya kita kasih perhatian ke sektor energi dan bahan bakar," tutup Lembong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News