Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan segera naik. Kenaikan harga ini sudah pasti berdampak pada inflasi. Bank Indonesia (BI) melihat, tingkat inflasi bisa naik sekitar 2,2% sampai 2,4%.
"Angka tersebut merupakan tambahan baseline pada inflasi sebelum kenaikan harga BBM," sebut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A Johansyah, Kamis, (20/6). Menurutnya, inflasi naik besar pada bulan Juni, yang menyumbang 1,63%.
Dari Januari sampai akhir Mei, inflasi berada di posisi 5,46%. Kemudian sampai akhir Juni, inflasi diprediksi mencapai 7,09%. Ini karena masyarakat cenderung kaget pada ketuk palu kenaikan harga BBM.
Kemudian, sisa sekitar 0,5% inflasi akan terserap di bulan Juli, Agustus, dan September. "Nanti puncak inflasi ada di 3 bulan itu," ujar Difi.
Pada akhir tahun, BI memproyeksi, inflasi akan berada di kisaran 7%-7,74%. Ini merupakan inflasi bulanan pada Juni sampai Desember, yang dihitung secara year on year.
Detailnya, BI memproyeksikan inflasi berada di titik 7,65%. Namun, bila pihak bank sentral ini melakukan koordinasi dengan pemerintah, inflasi bisa sedikit lebih rendah di posisi 7,2%.
Ia menyebut, dampak inflasi dari kenaikan BBM ini akan berlangsung temporer, yakni selama 2 sampai 3 bulan saja. Namun setelah itu, BI yakin kondisi akan kembali stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News