kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Kembali ke Target, Peluang Penurunan Bunga Acuan di 2023 Belum Terbuka


Senin, 05 Juni 2023 / 16:00 WIB
Inflasi Kembali ke Target, Peluang Penurunan Bunga Acuan di 2023 Belum Terbuka
ILUSTRASI. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi IHK pada Mei 2023 sebesar 4% secara tahunan.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya otoritas dalam membawa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke kisaran sasaran 2%-4% telah membuahkan hasil. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi IHK pada Mei 2023 sebesar 4% secara tahunan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, kembalinya inflasi ke kisaran sasaran lebih awal dari perkiraan merupakan buah karya otoritas selama ini baik dari sisi kebijakan moneter maupun pengendalian inflasi pangan. 

"Ini membuktikan memang langkah untuk pengendalian permintaan dari sisi moneter cukup berhasil," terang Perry saat ditemui awak media di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin (5/6). 

Baca Juga: Inflasi Pasca Lebaran Melandai, Didorong Penurunan Harga Tiket Pesawat dan Pakaian

Seperti kita ketahui, BI telah menaikkan suku bunga acuan dengan total 225 basis poin (bps) sejak Agustus 2023 untuk menjangkar inflasi fundamental. 

Kenaikan suku bunga acuan ini berhasil membawa inflasi inti bergerak di kisaran sasaran 2%-4%. Posisi Mei 2023, inflasi inti tercatat 2,66%, turun dari 2,83% secara tahunan. 

Nah, setelah inflasi kembali ke kisaran sasaran, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai tak serta merta langsung terbuka ruang bagi BI untuk menurunkan kembali suku bunga acuan pada tahun ini. 

"(Suku bunga acuan) sepertinya belum akan diturunkan pada tahun ini. Inflasi yang lebih rendah tersebut mendorong BI untuk mempertahannkan suku bunga acuan di 5,75% hingga akhir tahun 2023," jelas Andry kepada Kontan.co.id, Senin (5/6). 

Andry menjabarkan beberapa hal yang juga mendorong masih sempitnya ruang pemangkasan suku bunga acuan pada tahun ini. 

Pertama, menunggu faktor kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) terkait kepastian tingkat suku bunga. 

Bila pada beberapa waktu terakhir pasar percaya tingkat suku bunga The Fed sudah menyentuh puncaknya di level 5% hingga 5,25%. 

Namun, dengan melihat tingkat inflasi dan tingkat pengangguran Paman Sam, ada juga yang meyakini suku bunga acuan The Fed mungkin kembali meningkat pada Juni 2023 atau Juli 2023. 

Baca Juga: Inflasi Inti Melandai, BPS Bantah Ada Penurunan Daya Beli Masyarakat

Kedua, ada potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah di tahun ini sebagai dampak dari kebijakan moneter The Fed. 

Ketiga, meski sudah kembali ke kisaran sasaran, tingkat inflasi masih berada di batas atas target BI. 

Mungkin, BI baru bisa melakukan pemangkasan suku bunga acuan bila tingkat inflasi sudah berada di titik tengah kisaran sasaran. Itu pun, dengan melemparkan sinyal terlebih dahulu. 

Sejauh ini, Andry memperkirakan penurunan suku bunga acuan oleh BI akan terjadi pada awal tahun 2023. 

"Kita masih menggunakan asumsi tersebut. Kalau memang skenario paling optimistis, paling cepat BI menurunkan suku bunga di kuartal IV-2023. Namun, ini kemungkinannya kecil mengingat ketidakpastian," tandas Andry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×