kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Inti Melandai, BPS Bantah Ada Penurunan Daya Beli Masyarakat


Senin, 05 Juni 2023 / 13:38 WIB
Inflasi Inti Melandai, BPS Bantah Ada Penurunan Daya Beli Masyarakat
ILUSTRASI. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingkat inflasi inti kembali melandai pada Mei 2023. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingkat inflasi inti kembali melandai pada Mei 2023. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyebut, inflasi inti pada April 2023 sebesar 2,66% year on year (YoY) atau menurun dari 2,83% YoY pada bulan Mei 2023. 

Ini bukan kali pertama tingkat inflasi inti tercatat turun. Inflasi inti sudah ada dalam tren melandai, setidaknya sejak awal tahun 2023. 

Karena inflasi inti erat hubungannya dengan daya beli masyarakat, Pudji membantah dugaan penurunan inflasi inti kali ini selaras dengan penurunan daya beli masyarakat. 

Baca Juga: Gubernur BI Pede Inflasi Bisa Turun ke Level 3,3% pada Akhir 2023

Pudji bilang, ini lebih kepada permintaan masyarakat yang berkurang karena faktor musiman juga karena ada pergeseran permintaan masyarakat ke pos perhitungan inflasi lainnya. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini.

"Kita tidak bisa menyatakan bahwa penurunan inflasi inti menjadi indikasi pelemahan daya beli. Ini bisa karena kecenderungan berkurangnya permintaan pasca Ramadan dan Idul Fitri khususnya pada barang-barang industri manufaktur," terang Pudji, Senin (5/6) di Jakarta. 

Selain itu, Pudji mengungkapkan ada pergeseran permintaan tinggi ke komponen harga bergejolak. Terutama ke kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga makanan dan minuman jadi. 

Terlebih, mobilitas yang meningkat menciptakan makin banyaknya aktivitas sosial yang mendorong permintaan pada kelompok tersebut. 

"Sudah banyak kebutuhan akibat peningkatan aktivitas sosial, seperti hajatan, pesta, atau darmawisata, sehingga permintaan ini menjadi tinggi," tambah Pudji. 

Nah, untuk kemungkinan ada peningkatan atau penurunan terkait inflasi inti ke depan, Pudji tidak bisa memastikan lebih lanjut. 

Baca Juga: Inflasi Tahunan di Mei 2023 Capai 4%, Sudah Kembali ke Target BI

Ini akan sangat bergantung dengan perkembangan harga. Namun, bila menilik pola musiman, biasanya ada peningkatan permintaan produk manufaktur pada Tahun Ajaran Baru di Indonesia. 

"Biasanya produk manufaktur di komponen inti akan terlihat di tahun ajaran baru. Bagaimana perkembangannya, akan rendah atau tinggi, nanti ada di periode tersebut," tandas Pudji. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×