Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga bahan pangan seperti beras yang tinggi beroptensi mengerek inflasi tahun ini.
Inflasi pada tahun 2024 pun diperkirakan bisa lebih tinggi dari target sasaran 2,5%-3,5%.
Kenaikan inflasi sebenarnya bisa menjadi berkah bagi APBN, namun juga memicu imbal hasil surat berharga negara (SBN) 10 tahun menjadi meningkat.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memperkirakan, inflasi tahun ini bisa mencapai 3,6% hingga 4,2% atau sekitar 0,7% lebih tinggi dari target.
“Sementara itu inflasi bahan makanan dapat mencapai 10% hingga 11% yoy.” Tutur Bhima kepada Kontan, Senin (18/3).
Menurutnya, meskipun variabel inflasi harga yang diatur pemerintah seperti bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, LPG 3 kg dan listrik harganya tidak mengalami kenaikan. Namun adanya pembatasan Pertalite akan mendorong inflasi bergerak lebih tinggi lagi.
Baca Juga: Jaga Stok, Indonesia Akan Impor 22.500 Ton Beras dari Kamboja
Nah, dengan kenaikan inflasi ini tentunya akan berdampak positif terhadap penerimaan negara, belanja hingga defisit anggaran.
Berdasarkan analisis sensitivitas APBN 2024 terhadap perubahan asumsi dasar ekonomi makro, setiap inflasi naik 0,1% maka akan menambah pendapatan negara Rp 1,7 triliun, menambah belanja negara Rp 100 miliar, dan menambah surplus Rp 1,6 triliun.
Sehingga jika inflasi melonjak 0,7%, maka akan menambah pendapatan negara sebesar Rp 11,9 triliun, belanja negara akan bertambah Rp 700 miliar, dan surplus APBN bertambah Rp 11,2 triliun.
Namun permasalahannya, kata Bhima, inflasi yang naik juga akan membuat imbal hasil SBN 10 tahun meningkat.
“Jadi perhitungan kenaikan inflasi terhadap pendapatan negara belum melihat dampak ke imbal hasil SBN 10 tahun,” kata Bhima.
Ia memperkriakan, jika inflasi melonjak hingga 4,3% maka imbal hasil SBN 10 tahun akan menjadi di kisaran 7,5% hingga 7,9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News