Reporter: Asep Munazat Zatnika, Handoyo, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bak menabuh genderang perang terhadap tingginya inflasi dan mahalnya bunga kredit bank. Presiden RI yang ketujuh itu mematok target ambisius terhadap dua momok ekonomi dalam negeri: inflasi di bawah 5% dan bunga kredit perbankan berada di area single digit.
Jelas bukan target yang mudah dicapai. Apalagi, rencana itu mencuat di tengah lonjakan harga beras, kenaikan harga bensin, serta elpiji 3 kilogram. Sementara rata-rata bunga kredit perbankan saat ini antara 12%-14%, di atas Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Memang, pada Januari 2015 terjadi deflasi. Namun, inflasi tahunannya masih tinggi yakni di level 6,96%.
Tren inflasi ke depan juga masih mengintai. Survei KONTAN terhadap sejumlah ekonom, pekan lalu, menyimpulkan, Februari 2015 sebenarnya berpotensi deflasi lagi. Tapi, gara-gara lonjakan harga beras di pekan akhir Februari, serta kelangkaan elpiji 3 kilogram, berpeluang menyebabkan inflasi pada Februari maksimal sebesar 0,1%.
Toh, Presiden Jokowi optimistis dua target tersebut bisa dicapai, dan hasilnya bisa dinikmati setidaknya mulai tahun depan. "Kuncinya, menekan inflasi," tandas Jokowi, dalam wawancara khusus dengan KONTAN, Jumat (27/2).
Presiden Jokowi mengaku sudah menyiapkan sejumlah bekal untuk memerangi inflasi tinggi. Misalnya, memperbaiki manajemen stok bahan pangan serta melancarkan distribusi barang. "Kami menerapkan manajemen just in time. Stok enggak perlu banyak, yang penting terkontrol," katanya.
Yang tak kalah pentingnya adalah melibatkan peran pemerintah daerah. Ada hadiah bagi daerah yang bisa menekan inflasi, dan sanksi bagi yang gagal mengendalikan harga. "Daerah yang berhasil ditambah dana transfer. Yang inflasinya tinggi, dananya kita tahan," tandas Presiden.
Dia optimistis, upaya ini efektif menekan inflasi. Pada gilirannya bunga kredit bank turun. "Saya sudah membicarakan dengan Gubernur Bank Indonesia, kalau tahun ini inflasi bisa di bawah 5%, bunga kredit bank harus bisa single digit," ungkap Jokowi (baca HARIAN KONTAN, Senin (3/2) halaman 2 dalam "Dialog Khusus dengan Presiden Jokowi").
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar menilai fokus Jokowi sudah tepat, apalagi jika penurunan inflasi dibarengi penurunan bunga kredit. "Bunga rendah, daya saing industri lokal lebih kompetitif," papar Sanny.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksikan, inflasi tahun ini lebih terkendali, asalkan bisa menekan beras. Reformasi kebijakan, pencabutan subsidi premium dan menetapkan subsidi tetap untuk solar, juga memudahkan pemerintah menekan inflasi di bawah 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News