kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

Bank masih timbang potong bunga kredit


Jumat, 27 Februari 2015 / 10:29 WIB
Bank masih timbang potong bunga kredit
ILUSTRASI. Siswa Catat, Ini Tata Tertib Peserta AN 2023 Jenjang SD dan SMP serta Jadwalnya. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate sudah turun. Harapannya, penurunan bunga acuan itu bisa diikuti penurunan bunga kredit perbankan. Penurunan bunga kredit itu penting bagi agenda Indonesia yang ingin menggelar proyek besar-besaran. Sebab, salah satu sumber pembiayaan pembangunan adalah kredit bank.

Tapi menurut Direktur Ritel Banking Bank Permata, Bianto Surodjo, penurunan BI rate tak serta merta menurunkan suku bunga kredit. Alasannya, bank butuh waktu  menyesuaikan antara kredit dan sumber pembiayaannya. "Paling tidak perlu satu hingga tiga bulan untuk penyesuaian karena cost of fund perbankan tak langsung turun," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (25/2).

Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, menuturkan, perbankan tidak perlu terburu-buru menurunkan bunga kreditnya. Sebab ada sinyal BI akan menurunkan suku bunga acuan kembali. "BI rate perlu kembali turun, paling tidak satu hingga dua kali lagi," tambahnya, Kamis (26/2).

Lana memperkirakan, BI rate akan kembali turun hingga 50 basis poin. Dengan penurunan tersebut, paling banter pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,6% pada tahun ini. Padahal pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 bisa mencapai 5,7%.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan ditopang oleh investasi, konsumsi dan belanja pemerintah. Banyaknya proyek yang menjadi agenda pembangunan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi modal mendorong pertumbuhan.

Namun, tiga modal itu belum cukup mendorong ekonomi Indonesia secara optimal. Untuk itu, ekspansi swasta juga perlu digenjot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×