Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate sudah turun. Harapannya, penurunan bunga acuan itu bisa diikuti penurunan bunga kredit perbankan. Penurunan bunga kredit itu penting bagi agenda Indonesia yang ingin menggelar proyek besar-besaran. Sebab, salah satu sumber pembiayaan pembangunan adalah kredit bank.
Tapi menurut Direktur Ritel Banking Bank Permata, Bianto Surodjo, penurunan BI rate tak serta merta menurunkan suku bunga kredit. Alasannya, bank butuh waktu menyesuaikan antara kredit dan sumber pembiayaannya. "Paling tidak perlu satu hingga tiga bulan untuk penyesuaian karena cost of fund perbankan tak langsung turun," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (25/2).
Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, menuturkan, perbankan tidak perlu terburu-buru menurunkan bunga kreditnya. Sebab ada sinyal BI akan menurunkan suku bunga acuan kembali. "BI rate perlu kembali turun, paling tidak satu hingga dua kali lagi," tambahnya, Kamis (26/2).
Lana memperkirakan, BI rate akan kembali turun hingga 50 basis poin. Dengan penurunan tersebut, paling banter pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,6% pada tahun ini. Padahal pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 bisa mencapai 5,7%.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan ditopang oleh investasi, konsumsi dan belanja pemerintah. Banyaknya proyek yang menjadi agenda pembangunan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi modal mendorong pertumbuhan.
Namun, tiga modal itu belum cukup mendorong ekonomi Indonesia secara optimal. Untuk itu, ekspansi swasta juga perlu digenjot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News