Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak ada alasan bagi Bank Indonesia (BI) untuk mengubah kebijakan suku bunganya pada bulan ini. Dengan kata lain, suku bunga acuan mungkin akan ditahan di level 5,75% dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI Juli yang akan digelar pekan depan.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, ini seiring dengan pergerakan inflasi dan nilai tukar rupiah yang masih terjaga.
Andry bilang, inflasi saat ini dan pergerakannya ke depan kemungkinan besar tetap berada di kisaran sasaran BI yang sebesar 2% YoY-4% YoY.
Sekalipun, bila pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bergerak di kisaran 5,0% YoY hingga 5,2% YoY, inflasi akan tetap terjaga rendah.
Baca Juga: Inflasi AS Juni 2023 Terendah dalam 2 Tahun, Bisa Berdampak Positif di Pasar Modal RI
Ini yang membuat, belum ada urgensi bagi BI untuk mengubah arah kebijakan suku bunga pada bulan ini.
"Artinya, suku bunga yang sekarang sudah pas dalam menjangkar inflasi dan nilai tukar rupiah," tegas Andry kepada Kontan.co.id, Jumat (21/7).
Meski begitu, Andry mengaku bahwa nilai tukar rupiah selama beberapa waktu terakhir mengalami pelemahan.
Namun, pelemahan Rupiah relatif terbatas. Mengingat, porsi kepemilikan asing dalam kepemilikan surat berharga negara (SBN) tetap di kisaran 15,2%.
"Asing masih di 15,2%, sehingga tekanan pelemahan rupiah seharusnya tidak sebesar periode-periode yang lalu," tambah Andry.
Ke depan, Andry melihat ada dua kemungkinan terkait arah kebijakan suku bunga BI.
Baca Juga: Penerbitan Surat Utang Korporasi Turun pada Semester I, Ini Penyebabnya
Pertama, skenario dasar, suku bunga acuan akan ditahan oleh BI di level 5,75% hingga akhir tahun 2023.
Kedua, upper risk, ada kemungkinan BI memangkas suku bunga acuan pada akhir tahun 2023.
Namun, ini dengan kondisi inflasi benar-benar turun ke 3% YoY dan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menutup rapat kemungkinan kenaikan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News