Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat kenaikan tajam pada Maret 2025, setelah deflasi pada bulan sebelumnya.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, inflasi bulanan mencapai 1,65% mom, setelah mengalami deflasi sebesar 0,48% mom pada Februari 2025.
"Ini didorong berakhirnya diskon tarif listrik dan faktor musiman yang terkait dengan Ramadhan dan Idulfitri," jelas Josua kepada Kontan.co.id, Senin (8/4).
Josua menyebut, berakhirnya diskon tarif listrik memberikan kontribusi sekitar 1,18% terhadap inflasi umum.
Selain itu, meningkatnya permintaan pangan selama periode perayaan turut mendorong inflasi, dengan kontribusi sebesar 0,37%.
Namun, di tengah tren kenaikan ini, sektor transportasi justru mengalami deflasi sebesar 0,08% mom, yang tidak lazim terjadi menjelang Idul Fitri.
Baca Juga: BPS Catat Inflasi Tahunan Ramadan 2025 Melambat, Lebih Rendah Dibandingkan 2024
Deflasi ini disebabkan adanya diskon harga tiket pesawat, yang memberikan kontribusi negatif sebesar 0,04% terhadap inflasi secara keseluruhan.
Secara kumulatif, inflasi IHK dari Januari hingga Maret 2025 tercatat sebesar 0,39%.
Sementara itu, laju IHK tahunan meningkat dari deflasi 0,09% yoy menjadi 1,03% yoy pada Maret 2025 didorong oleh normalisasi tarif listrik.
Inflasi inti tahunan tetap stabil di level 2,48% (yoy). Namun, Josua mencatat bahwa stabilitas ini sebagian besar ditopang oleh kenaikan harga emas.
"Tidak termasuk dampak dari emas, inflasi inti terlihat melemah, mengindikasikan penurunan daya beli, bahkan di tengah musim perayaan," katanya.
Josua memperkirakan inflasi IHK akan tetap berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5% hingga akhir tahun.
Efek dasar yang rendah dari 2024 serta potensi depresiasi rupiah dipandang dapat meningkatkan tekanan inflasi, terutama dari sisi biaya impor.
Menurutnya, depresiasi rupiah kemungkinan akan meningkatkan tekanan inflasi impor, yang selanjutnya akan meningkatkan inflasi akibat dorongan biaya yang semakin melampaui inflasi yang didorong oleh permintaan, sehingga meningkatkan risiko passthrough.
"Saat ini kami memperkirakan inflasi akan meningkat menjadi 2,33% pada akhir tahun 2025, naik dari 1,57% pada tahun 2024," kata Josua.
Ia menambahkan, untuk memitigasi risiko inflasi yang berasal dari impor dan menjaga stabilitas, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan (BI-rate) di level 5,75% sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Harga Beras Naik Serentak di Maret 2025, Sinyal Awal Tekanan Inflasi Pangan?
Sementara itu, Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan inflasi pada April 2025 sebesar 1,01% secara bulanan (mtm) atau sebesar 1,80% secara tahunan (yoy).
Inflasi pada periode tersebyt didorong oleh meningkatnya tarif transportasi serta harga sejumlah komoditas pangan, seperti cabai merah, ayam ras, dan bawang merah.
"Inflasi akhir tahun ini saya melihatnya masih 2,50%," kata Myrdal.
Selanjutnya: Pasar Ambruk! Inilah Wejangan Warren Buffett yang Harus Diketahui Setiap Investor
Menarik Dibaca: Denpasar Hujan Menjelang Siang, Pantau Cuaca Besok di Bali Selengkapnya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News