Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
Said menegaskan ADB juga sudah berdiskusi dengan pemerintah Indonesia maupun Bio Farma agar bisa terlibat dengan projek tersebut. "Tapi ini baru pembicaraan tahap awal," katanya.
"Ia menyebut saat ADB punya vasilitas pendanaan untuk pengadaan vaksin. Bahkan saat ini sudah ada laokasi US$ 1,4 miliar pinjaman lunak bagi Indonesia pinjaman lunak Bio Farma untuk produksi vaksin corona," katanya.
Negara Republik Indonesia dengan populasi lebih 270 juta penduduk menjadi negara dengan risiko besar pada saat pandemi. Indonesia memandang saat terjadi pandemi corona akan menyebabkan terjadinya defisit pasokan vaksin corona.
Baca Juga: Menkes minta Kabupaten Bogor kejar target 3 juta vaksinasi sesuai perintah Jokowi
"Karena permintaan sangat besar saat cepat, sementara produksi tidak cukup dan lambat," kata Mahendra.
Karena itulah sejak awal pilihan pemerintah Indonesia untuk menjajaki diplomasi secara internasional atas semua kemungkinan untuk bisa mengakses dan pengadaan vaksin corona secara bilateral dan multilateral.
Karena pemerintah Indonesia menganggap upaya ini paling adil agar vaksin corona bisa diakses secara merata, baik secara government to government maupaun juga secara komersial.
"Komersial juga tidak mudah karena semua orang bisa beli tapi tidak ada (di pasaran) yang bisa memproduksi terbatas," katanya.
Baca Juga: Sudah siap hidup berdampingan dengan Covid-19
Menurut Mahendra dengan pemikiran itulah Indonesia terus mendiskusikan dosis ritel vaksin corona di pasar global.
"Saat ini Indonesia sudah ada 150 juta dosis yang masuk dan tersedia untuk menampung sekitar 75 juta vaksinasi, Sementara untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi kepada sekitar 208 juta -209 juta penduduk maka masih butuh sekitar 280 juta lagi dosis vaksin tambahan," katanya.
SELANJUTNYA>>>