Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
Karena itulah Pemerintah Indonesia terus berupaya mencari pasokan vaksin agar target vaksinasi bisa terpenuhi.
"Kami terus mencari vaksin corona baik dari China, Inggris dan Amerika Serikat, sehingga akhir tahun bisa mendapat kuruang lebih sekitar 280 juta dosis itu," terang Mahendra Siregar.
Untuk itulah Kementerian Luar Negeri terus melakukan pendekatan dengan sangat intensif dari sisi pemerintah, maupun dari sisi perusahaan seperti Bio Farma, karena untuk mendapatkan vaksin ini harus ada down payment atau uang muka pembayaran.
Baca Juga: Menkes upayakan Indonesia jadi hub vaksin Covid-19 berteknologi mRNA
"Di sisi multilateral kami mendorong sistem yang adil, agar negara negara berkembang dengan kemampuan terbatas bisa mengakses vaksin. Indonsia maksimal bisa 20%-30% saja (dari total populasi)," kata Mahendra.
Mahendra juga menjelaskan, pemerintah all out untuk mendapatkan pasokan vaksin ini. Ia bersyukur upaya ini mendapatkan respon baik dari negara produsen vaksin.
"Ini kunci diplomasi karena Indonesia sebelum dan saat pandemi tidak pernah mempolitisasi dan tidak memihak dari berbagai macam persaingan produsen, dan bentuk perebutan pengaruh kekuasaan global. Dan memang ternyata saat kami berharap ada keputusan global yang bisa menghadapi pandemi secar global (bersama-sama) ternyata justru terjadi perebutan pengaruh," terang Mahendra.
Baca Juga: ADB berkomitmen membantu pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik
Akibatnya ada yang negara yang melakukan pengadaan vaksin hingga 5 kali lipat dari populasi mereka. Meskipun saat ini Indonesia terus mendorong adanya diplomasi secara multilatera, Mahendra menyebut pendekatan diplomasi secara bilateral tidak bisa diabaikan.
"Melalui pendekatan bilateral, vaksin corona ini kami beli, diplomasi kami bukan hanya membuka jalan, tapi kecepatan untuk anggaran, dan ini tidak mudah. Di negara-negara maju pun tertatih-tatih dalam pengadaan vaksin saat awal pandemi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News