CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.897   -71,00   -0,45%
  • IDX 7.245   -63,56   -0,87%
  • KOMPAS100 1.108   -9,65   -0,86%
  • LQ45 880   -6,33   -0,71%
  • ISSI 220   -1,67   -0,76%
  • IDX30 451   -3,42   -0,75%
  • IDXHIDIV20 542   -4,51   -0,82%
  • IDX80 127   -1,12   -0,87%
  • IDXV30 136   -1,39   -1,01%
  • IDXQ30 150   -1,34   -0,88%

Indef proyeksikan inflasi tahun 2021 hanya sekitar 2,5%


Senin, 23 November 2020 / 14:04 WIB
Indef proyeksikan inflasi tahun 2021 hanya sekitar 2,5%
ILUSTRASI. Pedagang tanpa memakai masker melayani konsumen di salah satu pasar tradisional di Tangerang Selatan, Sabtu (31/10).


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan berkomitmen untuk menjaga tingkat inflasi di level yang terukur. Pada tahun 2021 nanti, target inflasi dipatok pada tingkat 3%. 

Ekonom Indef, Tauhid Ahmad pun memproyeksikan di tahun 2021, inflasi akan berada di kisaran 2,5% dengan perkiraan di tahun 2020 sebesar 2,1%. Proyeksi tahun depan memang lebih tinggi atau meningkat dari tahun ini namun angka tersebut masih tetap rendah. 

Tauhid menjelaskan, faktor pendorong proyeksi inflasi yang tetap rendah tahun depan disebabkan oleh masih  berlangsungnya proses pemulihan ekonomi. Sehingga pemulihan ini akan berdampak pada daya beli masyarakat yang masih tertahan. 

“Meskipun dalam kondisi saat ini memang tidak ada masalah dengan supply pangan dan kebutuhan pokok hanya daya beli saja yang saya kira masih terbatas. Sehingga inflasi kita belum akan normal ke biasanya 3%. Tapi tahun 2021 hanya sekitar 2,5%,” ujar Tauhid dalam diskusi daring, Senin (23/11). 

Baca Juga: Asset Sales Festival, upaya BTN turunkan NPL

Adapun untuk indikator nilai tukar rupiah masih diperkirakan relatif melemah. Tauhid memproyeksikan nilai tukar bergerak pada kisaran Rp 14.800 per dollar Amerika Serikat (AS) di tahun 2021. 

Menurutnya, hal ini disebabkan oleh pemulihan ekonomi yang berjalan lambat. Sehingga daya dorong investasi terutama di sektor keuangan akan berjalan lambat. 

“Tingkat Credit Default Swap (CDS) juga masih bergerak tinggi dan cenderung volatile kemarin bahkan di atas level 150 meskipun sekarang turun sekitar level 90,” jelasnya. 

Adapun faktor pendorong rupiah masih melemah yakni terpilihnya Presiden AS Joe Biden akan membawa ekonomi Amerika semakin membaik. Sehingga tentu saja dollar AS akan semakin menguat lewat kampanye-kampanye yang dikemukakan. 

Selanjutnya: CORE: BI berpeluang turunkan suku bunga acuan maksimum 50 bps ke level 3,5% di 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×