kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,61   7,27   0.81%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

INDEF minta pemerintah intensif petakan stok dan harga pangan


Rabu, 25 Maret 2020 / 11:29 WIB
INDEF minta pemerintah intensif petakan stok dan harga pangan
ILUSTRASI. Ilustrasi stok pangan


Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya pandemi virus corona atau Covid-19 turut berimplikasi terhadap lonjakan permintaan akan bahan kebutuhan pokok. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mendorong pemerintah untuk melakukan pemetaan stok dan harga secara intensif sebagai bentuk persiapan dan antisipasi akan perkembangan kebijakan penanganan virus corona di Indonesia ke depan. 

Seperti diketahui, anjuran pemerintah agar masyarakat melakukan kegiatan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian sembako secara masif guna memenuhi persediaan hingga beberapa waktu mendatang.

Untuk meredam lonjakan harga pangan ini, Kepala Centre of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF Abra Talattov mengatakan, langkah pertama yang harus ditempuh pemerintah adalah memetakan secara akurat stok pangan nasional secara real time.

Baca Juga: INDEF: Pelebaran defisit APBN tak perlu hingga 5% dari PDB  

"Pemetaan stok dan harga pangan harus lebih intensif lagi sehingga dapat mendeteksi dini wilayah di mana saja yang beresiko terjadi rawan/krisis pangan,” tutur Abra, Selasa (24/3). 

Selain itu, pemerintah juga harus lebih transparan dalam menginformasikan kepada publik terkait stok pangan dan strategi apa saja yang akan dilakukan guna menjaga stok pangan tetap terjaga dalam batas aman. Menurut Abra, hal ini sangat penting untuk menciptakan ketenangan bagi masyarakat di tengah kondisi saat ini. 

"Pemerintah juga harus mencermati pelemahan nilai tukar rupiah yang akan berimbas terhadap kenaikan harga pangan yang bersumber dari impor,” sambung dia. 

Abra mengingatkan, kebijakan yang perlu ditempuh pemerintah akan terus berubah seiring dengan perkembangan kasus virus corona di Indonesia. Bukan tak mungkin, langkah penutupan wilayah atau lockdown, baik secara terbatas maupun keseluruhan wilayah, akan dilakukan oleh pemerintah terutama pada wilayah yang menjadi episentrum penyebaran virus corona saat ini. 

Untuk itu, pemerintah juga harus menjamin kelancaran sistem logistik pangan dari dan ke wilayah tersebut serta kesiapan distribusi ke level konsumen. 

“Bukan hanya soal kestabilan harga, tapi juga akses keterjangkauan publik terhadap bahan pangan. Pemerintah harus siapkan skenario prioritas stok pangan untuk wilayah zona merah seperti Jabodetabek, Banten, Bali, yang menjadi episentrum wabah,” tutur Abra. 

Baca Juga: CSIS: Pelemahan rupiah hanya akan berpengaruh pada komoditas pangan impor

Ketersediaan pasokan pangan di tengah pandemi virus corona juga semakin urgen karena sebulan lagi akan menghadapi bulan Ramadan. Fenomena panic buying yang sempat terjadi di beberapa daerah red zone persebaran virus corona berdampak pada keterbatasan akses kelompok rumah tangga kelas menengah ke bawah yang tidak mampu menimbun bahan makanan.

Untuk meredam shock kenaikan permintaan dan potensi penimbunan kebutuhan pokok, pemerintah mesti mengoptimalkan pengawasan terhadap aturan pembatasan pembelian kebutuhan pokok baik di pasar tradisional maupun pasar ritel modern.

“Diawasi apakah benar pembatasan itu diimplementasikan. Faktanya gula pasir sekarang mulai langka dan justru banyak dijual di e-commerce dengan harga lebih tinggi. Pengawasan di pasar e-commerce ini juga harusnya perlu dilakukan,” tandas Abra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×