Sumber: The Jakarta Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekelompok ilmuwan dari Forum Ilmuwan Muda Indonesia telah menyerukan kepada pemerintah untuk memberlakukan lockdown atau penguncian pada daerah-daerah yang dianggap zona panas dari wabah COVID-19 atau virus corona.
Melansir The Jakarta Post, mereka menyebut langkah ini sangat penting dalam upaya untuk menahan penyebaran virus menjelang liburan Ramadan dan Idul Fitri pada April dan Mei.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, para ilmuwan meminta pertemuan resmi agar mereka dapat memberikan kontribusi dalam proses pembuatan kebijakan pemerintah sehubungan dengan krisis kesehatan masyarakat menjelang hari libur keagamaan besar.
Baca Juga: Editorial media China: Dunia harus belajar dari Tiongkok dalam melawan virus corona
Mengingatkan saja, bulan puasa Ramadan diperkirakan akan dimulai pada 23 April, sementara Idul Fitri, yang menandai akhir bulan puasa, diperkirakan akan jatuh pada 23 Mei.
Para ilmuwan mencatat, eksodus tahunan Idul Fitri, yang disebut mudik, di mana orang kembali ke kota asalnya di seluruh negeri, akan meningkatkan risiko epidemi nasional.
"Langkah-langkah untuk membatasi orang banyak dan pergerakan individu di daerah rentan harus dimaksimalkan jika jumlah kasus [dikonfirmasi] per hari naik menjadi dua kali lipat," kata forum itu dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
Baca Juga: Luhut angkat bicara soal lockdown, apa katanya?
Forum ini juga merekomendasikan agar pemerintah menambah jumlah laboratorium yang ditunjuk sebagai fasilitas pengujian COVID-19 selain laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan dan mempercepat penelusuran kontak dekat.
Selain itu, forum menyerukan pembentukan segera komisi independen dari para sarjana dan praktisi dari berbagai sektor untuk mengevaluasi kinerja Kementerian Kesehatan dalam mendeteksi kasus COVID-19.
Baca Juga: Ekonom: Jika lockdown diterapkan, perekonomian Indonesia bakal mati