kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga sembako terkendali, inflasi selama Ramadan dan Idul Fitri terjaga


Rabu, 27 Mei 2020 / 07:48 WIB
Harga sembako terkendali, inflasi selama Ramadan dan Idul Fitri terjaga
ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (kanan) menginspeksi salah satu kios pedagang sembako di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Rabu (29/4/2020). Pemerintah menjamin ketersediaan bahan pokok aman dan harga-harga relatif stabil selama Ramadhan hingga Idul Fitri 2


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah pemerintah di bawah Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan kebijakan pengendalian harga seperti memotong rantai distribusi, menetapkan HET (harga eceran tertinggi) untuk gula, memperbanyak pasokan ke pasar melalui kebijakan importasi, juga rutin menggelar operasi pasar di berbagai daerah, terbukti cukup berhasil menahan kenaikan harga selama ramadan bahkan jelang Idul Fitri. 

Ekonom sekaligus pengajar Perbanas Institute Piter Abdullah, menjelaskan, pada ramadan dan lebaran tahun ini memang sangat berbeda dengan biasanya seiring dengan kebijakan pembatasan sosial skala besar dan juga imbauan tidak mudik. 

“Tekanan inflasi selama wabah ini memang tidak cukup besar, terutama bila dibandingkan dengan kondisi normal,” ucap Piter dalam keterangannya, Selasa (26/5). 

Baca Juga: Ekonom Samuel Sekuritas proyeksikan inflasi Mei 2020 di kisaran 0,4% mom

Menurut Piter, jika dibandingkan hari-hari biasa, memang seminggu sebelum Idul Fitri terdapat kenaikan permintaan terhadap berbagai kebutuhan sembako dibandingkan kondisi normal, namun jauh sekali lebih rendah.

Karena itu, dengan permintaan yang jauh lebih rendah, sementara pasokan atau supply bahan pokok atau sembako dijaga oleh pemerintah, maka inflasi lebih stabil. “Tidak ada lonjakan inflasi yang terlalu besar,” ucap Piter. 

Ia menjelaskan, fenomena inflasi di indonesia utamanya adalah fenomena supply termasuk di antaranya adalah permasalahan distribusi. Panjangnya rantai distribusi dan adanya pihak yang bermain, seringkali mengakibatkan kegagalan pasar, harga mengalami kenaikan yang tidak wajar.

Menurut Piter, persoalan itu perlu terus diperbaiki dan wabah Covid-19 seharusnya bisa menjadi momentum.

“Sekarang sudah banyak gerakan yang mempertemukan supply dan demand. Bagaimana kita bisa belanja langsung ke petani secara online. Gerakan ini bisa menjadi bagian dari new normal yang akan mengurangi kegagalan pasar. Dengan demikian inflasi kita ke depan bisa lebih stabil,” ucap Piter.

Kebijakan pemerintah sinergi dengan kalangan industri, beras dan gula tidak akan langka, pasokan cukup, permintaan tidak mengalami lonjakan. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga lebih rendah. 

Baca Juga: Ekonom Indo Premier prediksi inflasi Mei 2020 di kisaran 0,1%-0,2%



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×