Reporter: Hans Henricus, Irma Yani, Bambang Rakhmanto, Danto | Editor: Edy Can
JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus bertengger di atas US$ 90 per barel. Pada perdagangan Senin (27/12) di Singapura, minyak jenis Brent untuk pengiriman Februari 2011 sebesar US$ 93,89 per barel. Bahkan, pada Jumat (24/12) harga minyak sempat menyentuh US$ 94,74 per barel, rekor harga dua tahun terakhir.
Negara-negara Arab produsen minyak alias Organization Of Arab Petroleum Exporting Countries (OAPEC), pada pertemuan mereka akhir pekan lalu di Kairo, Mesir, yakin, harga minyak tahun depan bisa kembali menyentuh US$ 100 per barel.
Dalam rilis mingguannya, Samuel Sekuritas juga memprediksi tak tertutup kemungkinan harga minyak mencapai US$ 100 per barel, jauh melewati asumsi minyak Indonesia atau ICP (Indonesia Crude Price) di APBN 2011 yang dipatok sebesar US$ 80 per barrel.
Harga setinggi itu, jelas, bisa mempengaruhi APBN 2011 karena bisa membuat bengkak subsidi bahan bakar minyak (BBM). “Dampak risiko di APBN 2011 dari tiap kenaikan harga jual minyak ICP US$ 1 akan menambah beban subsidi Rp 2,6 triliun, dan kenaikan kurs rupiah Rp 100 per US$ akan menaikkan subsidi Rp 2,4 triliun. Keduanya memberi tekanan tambahan subsidi sebesar Rp 5 triliun,” tulis Samuel Sekuritas.
Pemerintah tenang
Meski demikian, pemerintah tampak tenang. Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa bilang, pemerintah belum akan merevisi APBN 2011. Alasannya, jarak ICP terhadap harga minyak dunia masih relatif aman. "Biasanya ICP kita US$ 5 per barel di bawah minyak dunia," kata Hatta.
Selain itu, kata Hatta, pemerintah menghitung asumsi rata-rata ICP dalam APBN 2011 sebesar US$ 80 per barel tetap akan tercapai sepanjang 2011. Meski demikian, menurut Hatta pemerintah memiliki policy response apabila harga minyak mentah di atas target ICP dalam APBN.
Hatta bilang, pemerintah akan mengatasi dampak harga minyak dunia yang tinggi dari dua sisi, yaitu penawaran dan permintaan. Sisi penawaran, pemerintah bakal menggenjot produksi minyak.
Adapun sisi permintaan, konsumsi masyarakat ditekan dengan program pembatasan BBM bersubsidi. Program pembatasan ini bakal terus berjalan dan tak terpengaruh kenaikan harga minyak dunia.Dalam APBN 2011, subsidi BBM sebesar Rp 95,9 triliun, naik dari 2010 yang cuma sebesar Rp 88,9 triliun.
Pejabat sementara (Pjs) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Agus Suprijanto, menambahkan, pemerintah baru akan merevisi APBN 2011 setelah melihat laju harga minyak sekitar tiga bulan di awal 2011 nanti atau ketika harga minyak sudah 10% di atas harga asumsi pemerintah. “Kita lihat perkembangannya seperti apa. Kalau memang kenaikannya ekstrem seperti pada 2008 yang mencapai US$ 150 per barel, kita enggak usah nunggu sampai akhir semester 2011,” kata dia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News