Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah diminta mengevaluasi kebijakan tata niaga bawang putih seiring dengan melonjaknya harga bawang putih di pasar.
Akademisi Ilmu Ekonomi Institute Pertanian Bogor (IPB), Sahara menilai kebijakan pelaksanaan impor bawang putih masih belum berjalan efektif.
Menurutnya pemberian kuota impor bawang putih oleh pemerintah menimbulkan dampak negatif seperti jual beli kuota. Mengingat, Indonesia merupakan pasar besar dalam pelaksanaan impor bawang putih, sebab 95% kebutuhan bawang putih dalam negeri masih dipenuhi oleh impor.
"Ketika bawang putih mahal, kan konsumen yang dirugikan. Kuota salah satu retriksi dalam perdagangan internasional itu bisa menimbulkan moral hazard, pemburu rente, potensi kartel. Ada kemungkinan jual beli kuota,” ujar Sahara diskusi publik di Hotel Borobudur, Kamis (25/5).
Baca Juga: Izin Impor Bawang Putih Sulit, Pusbarido: Sudah 4 Bulan Belum Terbit
Sahara menilai, saat ini ketentuan kuota impor bawang putih tidak transparan. Menurutnya, izin impor bawang putih sebaiknya dibuka seluas-luasnya agar terjadi persaingan yang sehat.
Hal itu untuk meminimalisir kerugian konsumen. Pasalnya, carut marut impor bawang putih ini dianggap kerap menjadi faktor utama harga bawang putih yang mudah berfluktuasi.
"Jangka pendek buka saja keran impor bawang putih. Itu akan menciptakan kompetisi. Dengan begitu kerugian konsumen lebih kecil dibanding kuota,” tutur Sahara.
Lebih lanjut, meski impor dibebaskan, menurutnya pemerintah perlu menaikan tarif impor bawang putih dari yang semula 5% menjadi 13% misalnya.
Selain itu, pemerintah juga diminta untuk mencari produsen selain China dalam melakukan impor bawang putih.
Baca Juga: Tata Niaga Impor Bawang Putih Disorot
Sebab, Indonesia hampir 100% mengimpor bawang putih dari negeri tirai bambu tersebut. Hal ini dianggap berbahaya jika nantinya China melakukan proteksi pada komoditas tersebut, maka Indonesia akan berdampak langsung.
"Misalnya saja, India kemarin gara-gara cuaca panas menyetop impor gandumnya. Coba kalau China juga begitu. Belum lagi kita juga bersaing mendapatkan bawang putih dengan Malaysia, Vietnam, Myanmar,” jelas Sahara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News