Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa, dunia saat ini menghadapi banyak tantangan dalam berbagai aspek. Mulai dari krisis energi, pangan, dan ekonomi, disrupsi teknologi, hingga tantangan geopolitik menjadi tantangan global.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Jokowi menyebut perlu adanya inovasi besar-besaran yang akan menjadi terobosan.
Ia mencontohkan, dengan tantangan permasalahan pangan dunia justru berpotensi bagi Indonesia untuk menjadi lumbung pangan. Namun, membuat tantangan menjadi peluang diperlukan sebuah inovasi yang besar.
"Ada kesulitan, ada krisis tapi itu juga bisa menjadi sebuah peluang, bisa menjadi sebuah kesempatan sehingga nantinya bisa justru meningkatkan kesejahteraan petani kita, mensejahterakan nelayan kita," kata Jokowi dalam Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (15/9).
Baca Juga: Bila Pabrik Baterai Hyundai Beroperasi Optimal, Kapasitas Produksinya Mencapai 30 GWh
Meski demikian, Ia meminta semua pihak agar tidak khawatir atau takut dengan banyaknya tantangan global. Menurutnya, tantangan harus dihadapi dan diantisipasi dengan mencari solusi-solusi yang inovatif.
Dalam hal pangan misalnya, krisis pangan dunia terjadi akibat peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya, disertai dengan perubahan iklim seperti adanya ancaman Super El Nino, hingga karena situasi geopolitik di Ukraina-Rusia yang berkepanjangan. Presiden pun menaruh harapan besar kepada Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melakukan inovasi dalam bidang pangan.
"Ini semua kenyataan yang harus kita hadapi, harus kita sadari, kita terima, dan yang paling penting kemudian kita antisipasi, apa yang harus kita kerjakan. Nah, ini tugasnya IPB, Pak Rektor. Urusan pangan ini sudah, serahkan ke IPB. Insyaallah rampung. Saya tunggu. Apa antisipasi kita, rencana dan pelaksanaannya harus seperti apa," ungkapnya.
Menurutnya, suatu hal dapat dikatakan inovasi ketika sudah disebut out of mind atau sesuatu yang awalnya dipikir banyak orang tidak mungkin.
"Belum bisa dibilang inovasi jika belum dibilang tidak mungkin. Karena inovasi semestinya memang bukan hal yang biasa-biasa saja. Kalau nanam padi biasanya 1 hektar rata-rata kita berapa? 5,9 ton. Ada inovasi baru hanya 6. Bukan inovasi. Kalau tadi yang dibilang Pak Rektor Prof Arif tadi 10 atau 12 itu baru inovasi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News