Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Solutions memprediksi pemerintah akan mencatatkan defisit APBN yang lebih lebar pada tahun ini, yaitu mencapai 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB), dari prediksi sebelumnya yaitu 1,8% PDB.
Sentimen wabah Covid-19 yang makin mengkhawatirkan membuat lembaga riset risiko negara dan industri ini menetapkan proyeksi penerimaan negara yang makin konservatif, yaitu hanya tumbuh 3% year-on-year (yoy). Padahal pemerintah dalam APBN 2020 menetapkan target pertumbuhan penerimaan negara mencapai 13% di 2020.
Baca Juga: Jelang masa pelaporan SPT tahunan, Ditjen Pajak gencar monitoring wajib pajak
Dalam laporan terbarunya, Fitch Solutions Country Risk & Industry Research, yang diterima Kontan.co.id, Kamis (27/2), Fitch menjelaskan bahwa proyeksi pertumbuhan penerimaan yang rendah didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi yang juga lebih kecil yaitu 5,1% dibandingkan target pemerintah 5,3% tahun ini.
“Kami memberikan estimasi konservatif pada penerimaan pemerintah, terutama yang berasal dari royalti yang dibayarkan oleh sektor sumber daya alam yang memiliki porsi 13% dari total penerimaan,” tulis Fitch Solutions.
Penerimaan negara dari sumber-sumber lain, lanjut Fitch, juga akan rendah terutama jika pemerintah berhasil melanjutkan rencana penurunan pajak penghasilan (PPh) badan dari 25% menjadi 23% pada 2021, kemudian 20% pada 2023.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia berupaya nego ke Arab Saudi soal penangguhan sementara umroh
Untuk mengimbangi turunnya penerimaan dari penurunan tarif PPh badan ini, pemerintah diharapkan mampu mulai mengutip pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% pada e-commerce dan platform streaming online secepatnya.
Fitch juga menilai bahwa pemerintah Indonesia selama ini memiliki catatan buruk dalam hal memperluas basis pajak dan meningkatkan kepatuhan pajak. Program tax amnesty yang digelar pada 2017-2018 hanya berhasil mendongkrak penerimaan pajak di periode itu saja.
“Pada tahun-tahun di periode itu penerimaan naik secara rata-rata 12%, tapi efek tax amnesty tersebut terlihat gagal pada tahun 2019 kemarin,” tulis Fitch.
Baca Juga: Tamu hotel kapsul Bandara Soekarno-Hatta turun hingga 50% akibat wabah virus corona
Adapun Kementerian Keuangan sebelumnya melaporkan, realisasi penerimaan negara secara keseluruhan hanya tumbuh 0,7% yoy atau Rp 1.957,2 triliun, sangat jauh dari target pertumbuhan 12,6% yoy atau Rp 2.165,1 triliun.
Lantas, terjadi pelebaran defisit pada APBN 2019 dari awalnya ditargetkan 1,84% menjadi 2,2% terhadap PDB atau sebesar Rp 353 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News