kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Fenomena Rojali Kian Nyata, BPS Mencatat Orang Kaya Makin Menahan Belanja


Jumat, 25 Juli 2025 / 10:46 WIB
Fenomena Rojali Kian Nyata, BPS Mencatat Orang Kaya Makin Menahan Belanja
ILUSTRASI. Badan Pusat Statistik (BPS) turut menyoroti fenomena sosial baru yang ramai dibicarakan publik, yakni Rojali, alias Rombongan Jarang Beli. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) turut menyoroti fenomena sosial baru yang ramai dibicarakan publik, yakni Rojali, alias Rombongan Jarang Beli.

Fenomena ini diartikan sebagai masyarakat yang datang ke pusat perbelanjaan tetapi tidak melakukan pembelian.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, menyebut bahwa fenomena ini patut diamati karena bisa menjadi cerminan tekanan ekonomi pada kelompok rumah tangga tertentu. 

"Fenomena Rojali memang belum tentu mencerminkan tentang kemiskinan. Tetapi ini relevan juga sebagai gejala sosial dan juga bisa jadi ada untuk refresh atau tekanan ekonomi terutama kelas yang rentan," ujar Ateng dalam Konferensi Pers di Jakarta, Jumat (25/7).

Baca Juga: BPS Mencatat Porsi Belanja si Kaya Turun, tapi Ketimpangan Tetap Lebar

Ia menambahkan, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025 menunjukkan kelompok masyarakat 20% teratas atau terkaya justru mulai menahan konsumsi mereka.

Tercatat, kelompok 20% penduduk terkaya menyumbang 45,56% dari total pengeluaran nasional per Maret 2025.

Angka ini turun jika dibandingkan pada September 2024 sebesar 46,24% dan juga lebih rendah dari 45,91% pada Maret 2024.

"Berdasarkan data Susenas 2025, kelompok atas memang agak menahan konsumsinya," katanya.

Meskipun kelompok atas menahan belanja, Ateng menegaskan hal itu belum tentu berdampak langsung terhadap angka kemiskinan.

Baca Juga: BPS Bakal Rilis Data Kemiskinan dan Pengangguran Terbaru pada Jumat (25/7)

Namun demikian, fenomena ini dinilai penting untuk mendesain ulang arah kebijakan pemerintah. 

Tak cukup hanya fokus menurunkan kemiskinan ekstrem, tetapi juga penting menjaga ketahanan konsumsi dan stabilitas ekonomi rumah tangga kelas menengah bawah.

"Rojali adalah sinyal penting bagi membuat kebijakan untuk tidak hanya fokus ya menurunkan angka kemiskinan. Tetapi juga memperhatikan bagaimana untuk ketahanan konsumsi dan stabilitas ekonomi rumah tangga pada kelas menengah bawah," pungkasnya. 

Selanjutnya: Tangkap Peluang Bisnis dan Kenalkan Budaya. Thailand Menggelar Thailand Week

Menarik Dibaca: Awas Patah Hati, 6 Film Ini Ceritakan Orang yang Tepat di Waktu yang Salah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×