Reporter: Noverius Laoli | Editor: Amal Ihsan
AKARTA. Organisasi Pangan Dunia (FAO) meminta Indonesia agar ikut aktif dalam proyek Agricultural Market Information System. Organ ini dibentuk atas mandat negara-negara G20 untuk membentuk unit yang akan menyediakan informasi komoditas dan statistiknya bagi kepentingan pasar dunia.
Direktur Jenderal FAO Jose Graziano Da Silva mengungkapkan permintaan tersebut ketika bertemu dengan Wakil Persiden Boediono di Istana Wapres, Senin (27/5). "Kecepatan dan ketepatan informasi komoditi sangat penting bagi pasar global saat ini. Apalagi mengingat posisi penting Indonesia sebagai negara produsen komoditas pertanian ke-10 terbesar di dunia," ujar Dirjen FAO.
Menurut Da Silva, saat ini, FAO memiliki sejulah proyek kerjasama dengan Pemerintah Indonesia. Salah satu proyek terbesar adalah proyek penangangan flu burung. Apalagi para ahli pertanian dan ilmuwan Indonesia di FAO mendominasi dibandingkan dengan ahli dan ilmuwan negara lain dalam proyek-proyek ini. Proporsi ahli dan ilmuwan negara lain kurang dari 10%, sisanya adalah ahli dari Indonesia. "Kapasitas tenaga dan ilmuwan Indonesia sangat membanggakan," ujarnya.
Direktur Pengelolaan Perikanan FAO Indroyono Susilo menambahkan bahwa pada tahun ini saja terdapat 18 proyek kerjasama yang berhubungan kapasitas tenaga dan ilmuwan Indonesia yang membanggakan, dengan perikanan antara Indonesia dan FAO. Ia berharap peningkatan hubungan dalam konteks perikanan dan kelautan akan semakin erat digalang mengingat sumber daya Indonesia yang sangat luas. “Indonesia memasok 15% kebutuhan tuna di dunia,” katanya.
Kerjasama perikanan tersebut akan semakin dilanjutkan di masa depan, selain juga penanggulangan penyakit menular antar negara serta kerjasama selatan-selatan. FAO berharap kantor FAO di Indonesia bisa digunakan sebagai kantor pusat regional yang akan menjadi pusat kerjasama pangan dan pertanian bagi negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara di Samudera Pasifik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News