kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.799   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Faisal Basri Ungkap Penyebab Investasi di Indonesia Berkualitas Rendah


Senin, 09 Januari 2023 / 05:00 WIB
Faisal Basri Ungkap Penyebab Investasi di Indonesia Berkualitas Rendah


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Investasi yang masuk ke Indonesia selama ini dinilai kurang mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Hal itu dikatakan Ekonom Senior INDEF Faisal Basri.

Faisal mengatakan, meski investasi mencapai target yang dipatok pemerintah, tetapi modal yang ditanam di Indonesia lebih banyak berbasis fisik, sehingga kurang menciptakan keberlanjutan ekonomi. 

Bahkan, ia menganalogikan, investasi yang masuk ke Indonesia kebanyakan investasi berbasis "otot," bukan berbasis "otak."

Baca Juga: Menilik Prospek Saham Sektor Kesehatan di 2023

"Ya, tidak menolak investasi berbasis 'otot' tersebut, tetapi baiknya investasi yang masuk diiringi dengan suntikan 'otak' dalam bentuk investasi bidang IT, non IT, maupun riset dan pengembangan," tutur Faisal dalam diskusi publik secara daring, belum lama ini. 

Faisal pun mengutip data Asia Productivity Organization tahun 2022. Dari data tersebut, 83% investasi yang masuk ke Indonesia pada tahun 2020 berkaitan dengan konstruksi dan bangunan. 

Kemudian 10% investasi yang masuk berupa modal untuk non IT, 4% investasi berkaitan dengan pembangunan transportasi, dan 3% di bidang IT. 

Baca Juga: Dana Asing Kembali Masuk ke SBN, Ini Kata Perencana Keuangan

Dari data tersebut, tidak ada investasi yang masuk yang berkaitan dengan riset dan pengembangan atau research and development (R&D). 

Inilah yang ia sayangkan. Pasalnya, penanaman modal di bidang R&D akan memperkuat keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Faisal juga mengutip data Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tahun 2022, nilai R&D Indonesia hanya 17,5 atau memegang peringkat 115 dari 132 negara. 

"Kalau perkembangan R&D jelek, maka kemampuan inovasi akan jelek. Sehingga bisa saja Indonesia makin tidak berdaya saing," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×