Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi defisit di neraca dagang sebesar US$ 0,86 miliar atau tepatnya US$ 864 juta. Meski defisit, Kepala BPS Suhariyanto menyebut defisit ini lebih kecil dibandingkan defisit yang terjadi di Januari 2019 yang sebesar US$ 1,06 miliar.
Meski defisit neraca dagang Indonesia mengecil, nilai ekspor dan impor Indonesia masih lebih rendah dari Januari tahun lalu. Nilai ekspor di awal tahun ini turun 4,78% yoy menjadi US$ 13,21 miliar. Sementara nilai impor turun 4,78% yoy menjadi US$ 14,28 miliar.
Baca Juga: Mendag akui virus corona pengaruhi kinerja ekspor Indonesia di Januari
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan penurunan ekspor dan impor di awal tahun ini disebabkan oleh melemahnya permintaan global dan seiring dengan diterapkannya substitusi impor di Indonesia.
"Global demand sedang turun karena ketidakpastian yang tinggi, sementara substitusi impor yang kita lakukan adalah dengan implementasi B30," jelas Iskandar saat ditemui Kontan.co.id, Senin (17/2) di Kantor Kemenko Perekonomian.
Selain hal-hal tersebut, Iskandar mengaku bahwa aktivitas perdagangan Indonesia ini memang terganggu oleh wabah virus Corona yang mewabah dari China.
Baca Juga: BPS: Indonesia bisa jaga momentum pertumbuhan dari ekonomi domestik
Apalagi, seperti yang telah diketahui, pemerintah China menutup beberapa kota di China yang tentunya mengganggu produksi barang.
Hal ini juga terlihat dari data BPS yang menyebut bahwa ekspor komoditas non minyak dan gas (non migas) Indonesia ke China tergerus US$ 211,9 juta dan impor non migas dari negara tirai bambu tersebut juga terkontraksi US$ 125,2 juta dari bulan sebelumnya.
Setelah memengaruhi perdagangan, Iskandar pun melihat bahwa dampak virus ini bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski pemerintah masih belum bisa memprediksi angka pastinya. Hanya saja, Iskandar tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa di level 5%.
Oleh karenanya, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah akan mendorong permintaan domestik sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa ditopang oleh sektor konsumsi.
Baca Juga: BPS: Efek virus corona ke perdagangan baru mulai terlihat di Februari 2020
Selain itu, dari sisi pariwisata, pemerintah menyediakan diskon tiket bagi wisatawan domestik yang ingin pergi ke Indonesia.
"Ini termasuk pengalihan dari yang membatalkan penerbangan ke China itu. Kita alihkan ke domestik saja," tambah Iskandar.
Akan tetapi, Iskandar mengatakan bahwa pemerintah tetap waspada akan dampak lebih lanjut dari wabah ini apabila tidak bisa diselesaikan dalam jangka pendek. Oleh karenanya, pemerintah akan tetap berjaga untuk memantau perkembangannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News